KITABMAOP

Untuk Mengingat Dan Melawan Kesepian

Post Top Ad

#hastek

ESSAI (70) BERITA MEDIA (47) CATATAN HARIAN (47) GoBlog (12) PUISI (11) CERPEN (8)

28 June 2013

KNPI; Dari Musda ke Musda

tulisan ini telah dimuat di atjehpost.com
[Muhadzdzier M. Salda; Bergiat di Syndicate Sastra Kedai Kupi, Anggota Jama’ah di Forum Diskusi Serikat Pemuda Gampong (SPG)]

MUSYAWARAH Daerah (Musda) XII Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Aceh pada tanggal 28-30 Juni 2013 dilaksanakan di Banda Aceh. Saya ingin menulis beberapa hal tentang organisasi kepemudaan yang selama ini sering dan jadi mitra bagi pemerintah.

Sebelumnya menarik ketika saya membaca status facebook di akun Risman Rachman pada Selasa, 18 Juni 2013. Risman menulis: “Menurut saya KNPI Aceh di bubarkan saja. Benarkah? Jika posisinya sbg mitra pemerintah Aceh sudah ada KMPA atau OKP lainnya yang selama ini mendukung pemerintah Aceh. Jika posisinya sbg mitra kritis pemerintah maka pamor KNPI bakal kalah kritis dari gerakan mahasiswa dan OKP lain yang berafiliasi dengan partai yang mengambil sikap kritis. KNPI Aceh baru dibutuhkan manakala mampu merumuskan POSISI BARU yang mampu menawarkan gagasan cerdas yang mengatasi gagasan yang ada kini namun mengalami kebuntuan di regulasi.”

KMPA yang dimaksudkan Risman adalah Komite Mahasiswa Pemuda Aceh, tempat bernaung pada mahasiswa dan anak muda yang ‘alumni aktifis’ Aceh di Jakarta dan sekarang telah kembali di Aceh. KMPA menjadi tempat berhimpun para pemuda Aceh yang meu-Aceh. Ini sekilas pandangan saya. Mereka aktif terlibat dan mengusung aspirasi masyarakat yang menolak calon independen pada Pilkada Aceh 2012 lalu. Terlepas pro kontra soal calon independen tersebut, setuju atau tidak pada aksi itu, sebuah kerja-kerja besar oleh KMPA dalam mengorganisir rakyat yang menolak calon independen dalam pemilihan kepala daerah telah dilaksanakan.

Saya sepakat yang Risman tulis di status facebooknya. Selama ini memang kiprah KNPI Aceh kurang terlihat kontribusinya dalam pembangunan untuk kepentingan masyarakat Aceh. Apa prestasi besar yang hebat yang telah dilakukan oleh KNPI Aceh dalam mengakomodir kepentingan rakyat, dalam memberikan solusi-solusi yang konstruktif untuk pembangunan Aceh!?

Selama ini yang terlihat, KNPI jadi mitra pemerintah dalam kebijakan pemuda dan tentu saja mereka menenteng proposal ‘mengemis’ dana dari anggaran pemerintah Aceh, yang notabene adalah milik Rakyat Aceh. Jauh sebelum adanya pemerintahan Aceh sekarang, DPD II KNPI kabupaten kota juga melakukan hal yang sama. Gaung dan kiprahnya baru terlihat hanya ketika ada Musda, pelantikan, buka puasa bersama dan leha-leha seremonial tidak jelas lainnya.

Wadah KNPI Aceh sendiri, terdiri dari Organisasi Kemasyarakatan Pemuda (OKP) tingkat nasional yang mempunyai pengurusan di tingkat provinsi. Ada sekitar 50 lebih OKP yang bernaung di bawah KNPI Aceh dan merekalah yang mempunyai hak suara untuk memilih calon ketua KNPI dalam setiap Musda. Ditambah lagi dengan utusan DPD KNPI kabupaten kota. Lebih dari 50 OKP itu adalah organisasi yang cuma ada ketua dan sekretaris, sekretariat bisa mereka bawa kemana-mana, karena stempel selalu berada dalam barasi sepeda motor, mobil dan atau dalam tas. Cuma beberapa saja yang aktif dan terus melakukan pengkaderan dan kegiatan-kegiatan, itupun bernasib sama, cuma OKP dari musda ke musda. Dan kiprahnya para pengurus baru terlihat ada ketika ada musda KNPI, dengan gaya memakai baju jas kebanggan OKP masing-masing. Saya yakin, kalau Tan Malaka mengetahui hal ini, betapa sedihnya dia di alam kubur.

Maka kerap kecurangan politik uang dimainkan oleh para tim sukses kandidat dan lobi-lobi politik monyet dalam menyukseskan para kandidat untuk berkuasa dan terpilih menjadi Ketua KNPI Aceh. Deal-deal berapa harga sebuah suara dari OKP untuk memilih calon tertentu akan dimainkan di sini. Apalagi KNPI Aceh selama masih diisi oleh kader partai politik, akan melakukan gerakan pencitraaan yang terus berkepentingan pada agenda partai politik tertentu. Seharusnya, KNPI sebagai wadah para pemuda berlatih, menjadi tokoh pemimpin rakyat yang akan meneruskan cita cita dan ideologi bangsa sesuai pancasila dan UUD 45, yang selalu kita agung-agungkan setiap kali upacara tujuh belasan.

Gaya pengurus orang-orang di KNPI Aceh terdiri dari para cecunguk pemuda-pemudi dengan gaya sepatu mengkilat dan ‘terkesan’ orang cerdas dan terdidik. Pemuda gampong si petani miskin, si pemuda peternak lembu, yakinlah tidak akan kita temukan di KNPI. Pengurus KNPI memang kebanyakan pemuda-pemudi yang mengklaim diri para politisi muda yang jadi kader berbagai partai politik tertentu, atau perwakilan OKP yang tidak berafiliasi dengan parai.

Gaya mentereng naik mobil mewah, sepatu mengkilat, baju kemeja rapi bukan kepalang, atau memakai jas kebesaran KNPI sebagai sebuah kebanggaan, atau dengan foto baliho kerap menyapa pejalan raya dengan senyum yang aduhai mempesona. Mereka ini adalah elit yang memang dekat dengan rakyat. Iya, rakyat kelas menengah ke atas. Bagaimana dengan rakyat miskin? Belum tersentuh dengan program-program untuk pemuda miskin yang meukuwin lam tapeh di kampung pedalaman Aceh. Pemuda gampong tidak kenal dengan KNPI. Jarang sekali kita mendengar ada agenda program kerja KNPI yang menyentuh langsung pada pemuda gampong. Kadang pengurus KNPI adalah para pemuda dengan gaya rambut mohawk (tirus) kelangit, sepatu mengkilat runcing, dan memegang smartphone merk terkenal di tangannya. Gagah bukan main!

Bagaimana Seharusnya?
Kalau program kerja KNPI Aceh yang setiap tahun dilaksanakan cuma buka puasa bersama atau dari Musda ke Musda. Acara dari hotel ke hotel. Kegiatan paling-paling melaksanakan maulid, atau acara seremonial atau seminar belaka, yang hanya dihadiri oleh elit-elit pemuda kota gagah berdasi yang tidak paham bagaimana kehidupan pemuda dan persoalan pemuda ditingkat gampong saat ini. Jadi untuk apa dipertahankan KNPI Aceh kalau cuma jadi benalu bagi anggaran Rakyat Aceh!? Toh juga sudah ada KMPA yang memang notabene sekarang ini sebagai tempat berkumpul para pemuda pemuda yang meu-Aceh, sebagai mitra pemerintah Aceh dalam mendukung kebijakan-kebijakan Zaini-Muzakkir.

Kalau posisi KNPI Aceh tidak mampu menjadi sebagai wadah komite pemuda terdepan dalam menyelesaikan segala persoalan-persoalan pemuda yang ada di Aceh, maka selayaknya kita kaji kembali apa yang sudah ditulis oleh Risman Rachman dalam status facebook seperti yang saya kutip di atas: “KNPI Aceh baru dibutuhkan manakala mampu merumuskan POSISI BARU yang mampu menawarkan gagasan cerdas yang mengatasi gagasan yang ada kini namun mengalami kebuntuan di regulasi.”

Kalau saja KNPI Aceh tidak bisa kritis dalam menyikapi berbagai persoalan rakyat Aceh hari ini, untuk apa KNPI dipertahankan di Aceh!?

Harapan kita pada Musda KNPI Aceh kali ini, akan lahir gagasan konstruktif yang dapat menyelesaikan berbagai persoalan di Aceh, menjadi tempat para pemuda Aceh berkumpul dan terus melakukan kegiatan yang tidak cuma buka puasa bersama, tidak cuma buat maulid atau dari pelantikan ke pelantikan selanjutnya. Selamat ber-Musda, Jayalah pemuda Aceh![]

3 comments:

  1. KNPI underbow Golkar-kan? Ngapain diurusin?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehehe...itu kan dulu yaa aunderbow golkar,. kalau sekarang, kayaknya sudah mulai beragam yang jadi pengurus KNPI :)

      Delete