KITABMAOP

Untuk Mengingat Dan Melawan Kesepian

Post Top Ad

#hastek

ESSAI (70) BERITA MEDIA (47) CATATAN HARIAN (47) GoBlog (12) PUISI (11) CERPEN (8)

16 June 2013

Perilaku Elit PKS

Dugaan korupsi yang menimpa Presiden PKS, Luthfi Hasan Ishak (LHI) yang pada beberapa waktu lalu menjadi berita yang cukup menghebohkan jagad media tanah air. Saya tidak menyebut LHI sebagai mantan Presiden PKS, karena ketika dia ditetapkan sebagai tersangka kasus korupsi oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) posisinya masih sebagai Presiden PKS. Baru kemudian dia ‘dilengserkan’ secara legal oleh Majelis Syuro PKS dengan alasan menyelamatkan partai dan sebagai komitmen mereka dalam mengikuti proses hukum di KPK. Lalu terpilih Anis Matta yang sebelumnya menjabat sebagai SekJend PKS, menjadi Presiden PKS. Kudeta secara ‘beradab’ kah dikalangan para ustad-ustad politisi ini!?

Mungkin tidak ada yang tau pasti dengan ‘kudeta’ yang dilakukan oleh Anis Matta Cs secara diam-diam melalui tangan-tangan KPK. Tujuan Anis Matta bisa jadi baik, ingin selamatkan PKS dari kehancuran tangan-tangan Ahmad Fatanah dan Luthfi Hasan Ishaq yang telah tercium gelagat buruk oleh kubu Anis Matta Cs. Secara dia tidak enak hati jika memang secara langsung melengserkan LHI hingga jadi tersangka oleh KPK.

Sebagai rakyat kita resah dan gelisah melihat kondisi perangui para pemimpin partai politik dinegeri kita yang diam diam mencuri uang jatah untuk rakyat. Kasus yang menimpa PKS, bukan pertama kalinya terjadi dalam tubuh elit politisi. Sebelumnya juga ada kasus Anas Urbaningrum yang sudah ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK –juga sewaktu dia masih menjabta sebagai Ketua Umum Partai Demokrat- karena kasus korupsi proyek Hambalang. Nama Anas telah berkali kali disebutkan oleh Nazaruddin dalam masa persidangan di pengadilan.

Tetapi saya ini mencoba analisa tentang kondisi carut marut para elit PKS dalam membela partainya. Melawan KPK dan menuduh KPK telah dimasuki oleh ‘roh jahat’ dengan balutan konspirasi tingkat tinggi demi meruntuhkan PKS jelang pemilu 2014. Bagaimana tidak, Partai Keadilan Sejahtera yang mengusung tagline; Bersih dan Peduli, akhirnya terseret kasus mencuri uang rakyat. Kita tau bahwa, PKS adalah partai para dedengkot elit yang berjenggot dengan tipe karakter kader mereka adalah kalangan para ustad-ustad yang begitu paham makna mencuri adalah berdosa.

Tapi inilah politik! Seorang malaikat saja bisa khilaf kalau menjadi politisi di Indonesia ini, leluconnya begitu. Mari kita bertanya pada diri sendiri, Adakah partai yang benar benar bersih di Indonesia ini? Saya bisa melihat tidak ada sama sekali, para elit politisi boleh jenggot dan kupiah menjulang tinggi langit, ada yang menjadi khatib, mengeluarkan ayat demi ayat dalam setiap kesempatan mereka berpidato dihadapan rakyat. Menjula obat mujraba untuk merebut hati pemilih dengan mengatasnamakan kepentingan rakyat.

Ini Indonesia, Bung! Kondisi politik yang prgamatis hingga kemudian terjebak para politisi yang awalnya idealis ke dalam lembah yang cukup curang; mencuri! Partai yang membawa-bawa misi islam sekalipun, pasti akan lakukan berbagai cara untuk mendapatkan kekayaan partainya, karena biaya kampanye begitu besar di Indonesia. Apalagi pemilu 2014 sudah didepan mata, maka elit elit politik melakukan berbagai cara untuk dapatkan uang/biaya untuk kampanye partai mereka.

Sayangnya para cecunguk PKS yang berasal dari bawah, yang selalu melakukan kampanye door to door akhirnya harus membela para petinggi mereka yang korup. Membela para qiyadah (pemimpin) mereka dari serangan media dan lawan partai politik lain. Harus melawan orang orang yang mengkritik dan menghantam PKS, dengan berbagai alasan yang mereka usung, hal yang paling kerap mereka lemparkan ke publik adalah: ini agenda konspirasi untuk menjatuhkan PKS!

Jika itu alasan yang terjadi, maka dipastikan bahwa mereka adalah para kader fanatik buta yang tidak kritis dalam melihat tingkah laku elit politik di PKS, kader kader di bawah yang disuruh hidup secara sederhana, tetapi mereka para petinggi partai hidup dalam serba mewah. Sewaktu penyitaan mobil LHI misalnya dikantor PKS, publik tergengang dengan mobil-mobil mewah yang dikendarai oleh elti PKS.

Jadi dimana letah hidup sederhananya. Kader bawah kena tipu kah? Kader partai politik memang buta. Tidak kritis dalam membaca tanda tanda prilaku elit partai mereka. Kader yang telah dididik untuk tidak boleh curiga pada qiyadah PKS. Tidak boleh su’udzon dalam memandang prilaku para elitnya. Dan juga, elit PKS selalu mengkampanyekan kepada kader partai mereka, bahwa ini adalah cobaan dalam perjuangan dakwah mereka menuju cita cita dakwah. Bentuk cobaan yang terjadi pada perjuangan mereka. Ada kekuatan kekuatan yang besar yang tidak sepakat dengan cita cita mereka untuk menjadi penguasa dan pemenang pemilu di tahun 2014.

PKS yang pada tahun 2009 mengusung jargon kampanye: Bersih dan Peduli akhirnya harus menelan ludah mereka sendiri dengan adanya kasus LHI dan Ahmad Fatanah ini. Jargon bersih dan peduli yang mereka usung akhirnya ibarat meludah ke atas langit yang akhirnya jatuh ke wajah mereka sendiri. Tidak beda jauh dengan kondisi partai Demokrat yang mengusung jargon: Katakan Tidak Pada Korupsi, lalu diplesetkan oleh publik menjadi: Katakan Tidak Pada(hal) Korupsi.

Kondisi alam politik di Indonesia memang saling sikat saling sikut, saling hantam lawan politik dengan berbagai cara demi merebut suara pemilih menuju kemenangan partai. Walau yang dilakukan adalah diluar adab, moral dan etika. Yang menang merasa bangga, yang kalah merasa tidak punya keahlian dalam mendapatkan hati rakyat Indonesia.

Rakyat sudah semakin suntuk dan malas menonton prilaku elit politisi di negeri ini, tidak ada tempat bagi orang orang yang melakukan korupsi selain diciduk KPK dan dimasukkan ke penjara. KPK sampai hari ini masih mendapat kepercayaan publik untuk terus memberantas korupsi di Indonesia. Sulit bagi para politisi untuk melawan KPK ketika sudah ditetapkan sebagai tersangka. Kita paham pekerjaan KPK adalah pekerjaan menciduk para politisi dengan penuh tanggung jawab dan berpijak pada aturan hukum tentang penanganan pemberantasan korupsi. Terakhir saya ingin mengutip apa yang telah Nurcholis Madjid sejak puluhan tahun lalu; Islam Yes, Partai Islam, No! Maka jangan sekali kali PKS mengklaim sebagai partai islam, kalau prilaku elit mereka ‘melukai’ ummat islam dengan mencuri uang rakyat secara biadab.[]

No comments:

Post a Comment