KITABMAOP

Untuk Mengingat Dan Melawan Kesepian

Post Top Ad

#hastek

ESSAI (70) BERITA MEDIA (47) CATATAN HARIAN (47) GoBlog (12) PUISI (11) CERPEN (8)

21 December 2015

12/21/2015 07:19:00 AM

Arsitek Museum Tsunami Sambangi Aceh

 
@ridwankamil 


Walikota Bandung Ridwan Kamil berencana akan mengunjungi Banda Aceh pada 26 Desember 2015. Kunjungan itu erat kaitannya dengan peringatan 11 tahun bencana gempa dan tsunami Aceh yang terjadi pada Minggu, (26/12/2004).

Hal itu dikatakan oleh sang arsitek yang kebetulan jadi Walikota Bandung melalui akun instagramnya beberapa hari yang lalu. Ridwan Kamil yang akrab disapa Kang Emil mengharapkan ia dapat bertemu dengan anak anak muda Aceh.

"Tanggal 26 Desember saya Insya Allah ke Banda Aceh. Semoga bisa bertemu dengan anak2 muda Aceh dan civitas arsitektur di sana" Tulis Emil di akun instagram @ridwankamil.

Dalam postingan itu, RK juga memposting foto Museum Tsunami Aceh (MTA) karya mahdiadama. MTA itu merupakan karya Ridwal Kamil yang dibangun oleh Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) Aceh-Nias pada tahun 2009 dengan anggaran besar, 70 Miliyar.

Rencana kedatangan Dosen Arsitektur Institute Teknologi Bandung (ITB) itu disambut cukup positif oleh pengikut instagram Kang Emil yang mencapai 2juta lebih. Umumnya komentar positif dari insta Aceh yang ingin bertemu RK dan dapat memberikan energi positif bagi Aceh.

Ada komentar lucu dan menarik dari pengguna insta yang lain, semisal mengharapkan Walikota Bandung itu untuk menjadi Walikota Banda Aceh.

Ridwan Kamil direncanakan akan menjadi pemateri pada Seminar Nasional Pembangunan Berkelanjutan Dalam Rangka Peringatan Tsunami di Gedung AAC Dayan Dawood Universitas Syiah Kuala, Sabtu (26/12/2015).

Semoga kehadiran Pak Read One Ka Milk ke Banda Aceh nanti dapat memberikan sesuatu hal baru bagi para jomblo-jomblo Aceh untuk tahan banting terhadap segala kesepian dan godaan mantan. []

15 December 2015

12/15/2015 09:44:00 PM

Sutan Riska, Bupati Termuda di Indonesia



Bupati Termuda di Indonesia
| Bicara Provinsi Sumatera Barat tentu tak bisa dilepaskan Kabupaten Dharmasraya. Menurut situs resmi Pemerintah Kabupaten Dharmasraya terbentuk pada tahun 2003 hasil pemekaran dari Kabupaten Sijunjung, Provinsi Sumatera Barat. Padang adalah penghasil warung nasi terbanyak seluruh Indonesia. Padang terkenal dengan nasinya, dan lebih hebat lagi provinsi ini memiliki identitas rumah gadang pada tiap gedung pemerintah/swasta.

Pilkada serentak 9 Desember 2015 lalu telah melahirkan pemimpin usia muda di Indonesia. Dia adalah Sutan Riska Tuanku Kerajaan. Walau belum ada keputusan resmi Komisi Pemilihan Umum (KPU) setempat, informasi yang beredar di media sudah bisa dipastikan pasangan ini  mendapat suara terbanyak pemilih di Kabupaten Dharmasraya, demikian  menurut hasil hitung cepat sementara.

Saya mendapat bagikan sebuah berita  dari beranda fesbuk akan terpilihnya Sutan Riska Tuanku Kerajaan sebagai bupati termuda se-Indonesia. Karena penasaran, saya mencari tau tentang sepak terjang calon kandidat bupati yang lahir pada 27 Mei 1989 ini. Sekarang umurnya 26 tahun. Ia lulusan sarjana ekonomi di Universitas Andalas, tahun masuk 2008.

Bupati termuda se-Indonesia sebelumnya disemat oleh Bupati Indragiri Hulu, Riau, Yopi Arianto. Bupati Yopi saat dilantik sebagai Bupati Indragiri Hulu tahun 2010, ia berusia 30 tahun kala itu. 

Pilkada 9 Desember lalu, masyarakat Kabupaten Dharmasraya patut berbangga telah menentukan pilihan pada Sutan Riska Tuanku Kerajaan. Dia berpasangan dengan Calon Wakil Bupati Amrizal Datuak Rajo Medan. Sutan Riska adalah Bendahara di PDI Perjuangan setempat. Pasangan ini meraih suara sekitar 45.000 mengalahkan pasangan inkamben Adi Gunawan-Jonsos Putra yang memperoleh suara sekitar 25.000, demikian rilis data sementara dari KPU Dharmasraya. Jika tak ada halang melintang gugat menggugat ke Mahkamah Konstitusi, pasangan Sutan-Amrizal ini akan menjadi Bupati wan Wakil Bupati Dharmasraya periode 2015-2020

Dari situs TEMPO online disebutkan, Sutan Riska yang  mengaku masih sangat muda menjadi seorang kepala daerah. Sutan ingin membuktikan kalau kaum muda bisa memimpin daerahnya dengan baik. "Anak Muda juga siap untuk memimpin dan membangun daerahnya" ujar dia seperti di muat TempoOnline. Kita tunggu saja ia membuktikan kiprahnya memimpin Kabupaten Dharmasraya mewakili harapan banyak kaum muda di Indonesia. Untuk Gubernur Termuda se-Indonesia saat ini masih dipegang rekor oleh Gubernur Provinsi Lampung, M. Ridho Ficardo.  Yang pada tahun 2014 dilantik jadi Gubernur, usinya 34 tahun.

Kenapa pasanga Sutan Riska menang pilkada Dharmasraya? Saya tidak mengetahui banyak soal kondisi masyarakat di sana. Saya menduga (sebagai terduga pengamat) perolehan suara dia karena pengaruh trah namanya sebagai keturunan raja. Dalam hal alasan pemilih, ini tentu saja jadi nilai lebih, dalam teori politik kedai kopi disebut "pemilih kaum."

Usia muda bukanlah sebuah ukuran akan kesukseskan seorang Sutan Riska akan membawa perubahan yang lebih baik bagi daerahnya. Tetapi spirit usia itu bisa jadi motivasi untuk kaum muda yang lain di seluruh Indonesia untuk berani bersaing meraih suara rakyat dan berbuat untuk kesejahteraan masyarakat.

Muda punya karya dan bisa jadi akan binasa atas lalai nikmatnya kekuasaan. Kehancuran memimpin dan berkuasa bisa karena alasan macam-macam. Termasuk bahayanya orang orang yang setelah jadi timses dan jadi sebagai orang lingkaran kekuasaan. Sekarang kita cuma bisa menerka-nerka akan kesuksesan Sutan memimpin daerahnya. Jika program dan kepemimpinannya baik, tentu ini akan jadi sejarah baru kaum muda di Indonesia dalam memimpin. Jika gagal dan masuk sel penjara karena kasus cela/korupsi, alamat binasalah nasib politik kaum muda ke depannya.

Jika Sukarno menyebut berilah saya 10 pemuda, maka akan mengguncang dunia. Maka bagi saya, berilah satu pemudi, maka akan ku ajak ia ke KUA. []


05 December 2015

12/05/2015 08:54:00 AM

Wisata Greenland Aceh Besar


Ayunan, salah satu tempat yang bisa di nikmati oleh pengunjung Wisata Greenland Aceh Besar | husaini ende


Berwisata ke Aceh Besar, rasanya belum lengkap jika anda belum mengunjungi sebuah tempat wisata di Aceh yang paling menyenangkan untuk dikunjungi. Adalah Wisata Greenland Aceh Besar, sebuah tempat wisata Aceh yang berada di pegunungan Jantho, Aceh Besar. Tempat ini adalah wahana wisata baru dengan konsep alam dan outbond.

Saat memasuki ke area ini, Anda akan menikmati pemandangan yang hijau mengasyikkan di kawasan Jantho.

04 December 2015

12/04/2015 07:06:00 AM

Empat Desember dan Kenangan Masa Konflik

Mural Dinding Karya Idrus Bin Harun | koleksi foto pribadi
Tiba-tiba saya teringat pada empat desember tahun 2000. Saya baru memasuki kelas III di STM Bireuen. Kala itu, kami tidak bisa berangkat sekolah karena imbauan mogok massal. Mobil angkutan di jalan raya tidak berani beroperasi. Termasuk minibus Bireuen Express (BE) yang biasanya kami naik untuk berangkat ke sekolah dari Kutablang ke Kota Bireuen. Tahun itu, Bireuen baru saja menjadi Kabupaten, sebelumnya masih bergabung dengan Kabupaten Aceh Utara.

Ketika terjadi mogok massal, warga kampung kerap memilih tak bekerja ke luar rumah yang terlalu jauh. Jikapun berkumpul di pos jaga gampong atau kedai kopi, mereka mengupdate informasi dari sesama warga desa tetangga yang lain yang didapat dari mulut ke mulut. Suasana pasar kecamatan juga lengang. Hanya beberapa yang keras kepala saja berani keluar kedai kecamatan.

Masa itu pasukan GAM kerap keliling dan juga berpatroli ke kampung-kampung. Kadang juga memberondong iring-iringan mobil TNI/Brimob yang melintas di Jalan Medan Banda Aceh. Setelah kejadian pemberondongan, aparat keamanan dengan pasukan tambahan akan melakukan penyisiran. Dengan jangkauan radius sekian kilometer dari tempat kejadian perkara.

Terjadinya kontak tembak GAM dan TNI membuat warga gampong menghindar sementara waktu ke gampong tetangga. Ada juga yang tetap di rumah bersama keluarga. Jika aparat keamanan masuk gampong, Geuchik yang paling sering dicari untuk memberikan keterangan kepada komandan aparat.

Jika tak menjauh dari TKP kontak senjata, risikonya sangat besar sekali. Dampak pemeriksaan identitas KTP dan pertanyaan akan keberadaan anggota GAM. Biasanya, aparat keamanan yang menyisir ke gampong membawa serta informan, mata-mata itu dikenal dengan sebutan cu'ak pada masa konflik Aceh itu.

Pemeriksaan biasa pada kedai kopi saat warga sedang berkumpul, tiba-tiba TNI/Brimob datang dengan truk reo, dengan dinding truk yang sudah dilapisi batang pohon kepala anti peluru. Jika aparat sudah datang ke gampong, memilih diam di tempat adalah jalan agak baik. Kalau lari, maka akan dikejar dengan "timah panas." Warga dikumpulkan, diminta identitas KTP dan diperiksa wajah-wajah yang dicurigai sebagai pasukan GAM. Ada warga yang diambil, dibawa naik truk reo untuk pemeriksaan lanjutan. Beberapa dilepas kemudian hari, beberapa warga lain ada yang ditemukan sudah menjadi mayat yang dibuang di tepi jalan atau di sungai. 

Kala pemeriksaan saat jawaban tak memuaskan mereka, maka bakal kena telapak sepatu lars, ditinju perut dengan popor M16, atau kena push-up dengan ditekan sepatu lars di punggung. Saya pernah kena tinju sekali karena waktu menjawab dengan bahasa Indonesia yang kacau balau.

Alat komunikasi kala itu belum begitu semudah sekarang. Media sosial belum ada, bahkan hape saja tidak pernah kami lihat.  Jika saat itu sudah ada facebook, maka informasi begitu mudah tersebar ke publik. Kita demikian mudah dan cepat mengetahui kejadian kontak senjata dan informasi lainnya.

Kebiasaan pasca terjadi pemberondongan, kami bersama anak muda gampong harus lari menjauh dari TKP pemberondongan. Pasti ada penyisiran. Pernah harus lari menyeberang sungai, hingga sampai ke pinggiran laut yang jaraknya mencapai 15 dari gampong kami. Jika kondisi aman, kami baru memilih pulang, kadang besoknya. Kadang kala tidak bisa balik gampung karena hujan deras, air sungai keruh dan arus deras.

Masa mencekam hari 4 Desember kala itu ada himbauan dari panglima GAM setempat untuk menaikkan bendera bulan bintang di setiap rumah penduduk. Himbauan itu ditempel di pos jaga gampong atau meunasah. Katanya itu instruksi dari pimpian GAM pusat. Warga gampong melaksanakan perintah itu dengan penuh ketakutan risau bukan kepalang, tapi paling cuma sejam, saat ada penyisiran aparat BKO, bendera bulan bintang kami cabut dan sembunyikan di tempat yang aman. Jika ditemukan oleh serdadu, maka sang pemilik rumah akan diangkut ke pos kecamatan, dituduh sebagai simpatisan GAM.

Selesai penyisiran serdadu BKO, datang pasukan GAM yang berkendaraan motor, bendera bintang bulan disuruh naikkan kembali. Penduduk gampong serba salah. Risikonya bagi penduduk sipil tentu saja ada, kondisi warga yang paling rentan kena imbas dari konflik. Serdadu kala itu sangat sulit membedakan mana masyarakat sipil dan mana yang anggota GAM. Penduduk gampong dengan GAM ibarat air dengan ikan.

Pasukan elit polisi masa konflik kala itu adalah Brimob (Brigade Mobil). Umumnya mereka pasukan BKO (Bawah Kendali Operasi) langsung dari Markas Besar dari Jakarta. Saat TNI BKO atau Brimob BKO masuk kampung, yang mengerikan itu pasukan infantri TNI, mereka berjalan kaki menyisir ke penjuru tempat yang dicurigai sebagai basis GAM. Orang kampung menyebut aparat keamanan pemerintah dengan istilah; sipai. Saya tidak begitu tau, darimana asal sebutan untuk aparat keamanan pemerintah itu bermula.

Kejadian itu 15 tahun yang lalu. Saya tidak begitu kuat mengingat sekarang ini. Dua tahun kemudian saya sudah kuliah di Banda Aceh, suasana konflik tak begitu kuat terasa dibandingkan dengan di gampong. Beberapa teman sebaya saya ada yang sudah meninggal, ada yang hilang sampai sekarang tidak tau di mana kuburannya. Hari ini Aceh telah damai 10 tahun lalu sejak 15 Agustus 2005 terjadi perjanjian perdamaian antara GAM dan Pemerintah RI. Konflik tentu saja meninggalkan luka yang mendalam, bagi kita yang pernah mengalaminya dan bagi orang yang bahagia setelah kejadian itu.

Mari kita doakan, semua para syuhada yang telah berjuang untuk kesejahteraan Aceh untuk dilapangkan kuburnya, diterima segala amal ibadanya oleh Allah SWT. Aamiin, Ya Rabbi. []

24 November 2015

11/24/2015 01:49:00 AM

Tutorial Mudah Menambal Timba Sumur

Pernah mengalami sumur timba yang rusak karena pecah akibat terus terusab berbenturan dengan cincin sumur atau benda lainnya? Hingga membuat bagian tertentu jadi pecah. Jika anda mengalaminya berikut ini adalah cara menjahit timba sumur yang pecah. Cara ini diajarkan secara turun temurun sejak lama dan tidak pernah sekalipun diajarkan di sekolah.

Saya memandang cara ini cukup kreatif dan mesti dilestarikan untuk menghemat, timba dapat terselamatkan sementara waktu membeli yang baru. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan, diantaranya; Pisau, Lilin, Korek Api, Benang nilon, kawat/jarum. Lakukan langkah berikut ini:

1. Persiapkan benang nilon dan kawat untuk menjahit. Ambil lilin, kemudian bakar lilin itu dengan korek api. Siapkan pisau untuk kebutuhan pemotongan benang.


2. Selanjutnya bakar ujung kawat pada lilin yang telah disediakan. Sampai ujung kawat tampak ke merah-merahan.  Hati hati jangan sampai tangan Anda terbakar. Gunakan tang untuk memegang jika diperlukan.

3. Lalu arahkan ujung kawat panas tersebut untuk membuat lubang pada pinggir timba yang pecah. Jika ujung kawat telah dingin, bakar kembali ujungnya pada lilin. Lakukan sampai berulang kali, hingga semua pinggir timba pecah dilubangi. 


4. Ambil benang yang telah disiapkan. Masukkan ujung benang pada tempat yang sudah dilubangkan. Lakukan itu secara menyilang atau lurus. Tarik benang dengan rapat agar jahitan makin kuat.

Timba telah siap digunakan kembali. Tak perlu membeli yang baru untuk sementara waktu. Demikian tutorial cara menjahit timba yang pecah. Kasih tau pada tetangga jika tutorial ini bermanfaat.[]

11 November 2015

11/11/2015 05:36:00 AM

Tentang Seniman Aceh Ke Jakarta Beinnale 2015


"Setidaknya ada 5 orang seniman muda Aceh diundang ke Jakarta Beinnale 2015, diselenggarakan di Gudang Sarinah itu. Aceh patut berbangga dapat hadir  pada Jakarta Beinnale kali ini. Mereka diundang setelah lolos seleksi ketat tim kurator Jakarta Beinnale (JB), sebuah ajang pameran seni rupa dua tahunan yang diselenggarakan di bawah kendali Komite Seni Rupa, Dewan Kesenian Jakarta (DKJ" 
 
Muhadzdzier M. Salda, Bergiat di Komunitas Kanot Bu dan Pengelola Ruang Diskusi TerasSore


Asep Topan dan Putra Hidayatullah, Dua Kurator Muda Jakarta Beinnale 2015 menjadi narasumber di Diskusi TerasSore, Banda Aceh, Rabu 24 Juni 2015 | foto koleksi pribadi

Seniman Aceh lolos  ke Jakarta Beinnale 2015 sebuah prestasi yang tidak mudah, atas kerja keras bersaing dengan karya-karya seniman lain dari 17 ribu pulau di Indonesia. Lima orang muda pegiat seni di dari tiga komunitas seni di Aceh itu bergerak tanpa biaya dari pemerintah di Aceh. Tentu saja, kendala itu tak jadi penghalang mereka untuk berkarya di tingkat nasional.  Mereka terpilih dan difasilitasi oleh kepanitian Jakarta Beinnale.

Lima orang seniman muda Aceh yang ikut  ke Jakarta Beinnale 2015 adalah Iswadi Basri, Idrus Bin Harun, Cut Sofia. Ketiganya seniman bidang seni rupa. Lalu ada Fuady Keulayu, ia   akan tampil pada pembukaan JB nanti pada Sabtu, 14 Nov 2015 di Sarinah, Jakarta. Sedangkan Putra Hidayatullah terpilih sebagai Kurator Muda Jakarta Beinnale yang berasal dari Banda Aceh.

Iswadi Basri, seniman seni rupa Aceh ini membawa 12 meter kain kanvas, dibalut dalam 3 biji pipa PVC seukuran ban sepeda motor biasa yang akan dipamerkan di JB. Cek Wadi -panggilan teman dekatnya- melukis dengan tema Air dan Lingkungan, ia menyelesaikan seni mural itu selama sebulan di studio Apotek Wareuna, Banda Aceh. Cek Wadi selama ini berkarya seni di Komunitas Apotek Wareuna. Tahun 2014 Iswadi Basri pernah menerima penghargaan seni dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, kategori seni lukis.

poster TerasSore 
Sedangkan Fuadi S Keulayu akan berhikayat modern pada malam pembukaan Jakarta Beinnale. Ia akan berhikayat dengan biola, seperti teater monolog di atas panggung dengan properti tentang cerita dalam hikayat masa konflik dan damai setelahnya. Fuadi ikut memboyong sebiji senjata mainan yang dilipat dan terbungkus rapi dan beberapa properti pendukung lain, biola adalah identitas alat yang dia mainkan di panggung. Kami sempat ketakukan akan 'senjata' itu, kau saja nantinya waktu pemeriksaan dengan xray di Bandara, bisa akan tertahan dirinya sebentar akan senjata mainan anak-anak itu.  Fuadi akan menghikayat soal cerita cerita lucu semasa Aceh dalam amuk serdadu dan riuhnya peluru di Aceh selama periode 30 tahun terakhir.  Fuadi dan Idrus bergiat di Komunitas Kanot Bu. Idrus Bin Harun, seniman rupa yang mengangkat isu tentang sejarah kekinian Aceh sebelum masa damai. Ia membuat sebuah lukisan berjudul  Bhonneka Tinggal Luka dan sejarah perjalanan akhir setidaknya selama 30 tahun lalu tentang isu kekinian Aceh. Idrus melukis mural dengan panjang 12 x 3 meter di lokasi Jakarta Beinnale.

Lalu Cut Aya Sofiana seorang seniwati yang berkarya di Komunitas Komik Panyoet Aceh, Cut Aya Sofia membuat mural di kawasan Paseban Jakarta Pusat. Diantara seniman itu, berangkat juga Zulham Yusuf. Seorang design digital yang bergiat di Kanot Bu. Zulham ke JB  sebagai tim pendukung  untuk membantu keberlangsungan kawan-kawan seniman dari Komunitas Kanotbu, selama di Jakarta, di samping ia tak ingin melewatkan ajang dua tahunan itu.

Jakarta Beinnale 2015 sendiri mengusung tema besar kali ini; Air, Sejarah dan Gender. Maju Kenak, Mundur Kenak; Bertindak Sekarang. Festival seni rupa dua tahunan itu berlangsung sejak 15 November 2015 – 17 Januari 2016 dengan serangkaian acara berkesenian dan festival karya seni rupa di dalammnya.

Diskusi TerasSore Edisi III; Aceh Un-Instalasi yang menghadirkan Octora dan Riksa Afiaty, Bilik  Rupa Pascadom, Banda Aceh, Rabu (26/08/2015) | foto koleksi pribadi 
Kami dari Komunitas Kanot Bu, sebelumnya menyelenggarakan tajuk diskusi bulanan yang kami beri nama TerasSore. Diskusi semi talkshow ala televisi itu dipercayakan saya sebagai pembawa acara. Kami pernah menghadirkan Putra Hidayatullah dan Asep Topan untuk berdiskusi tentang  Rupa Membongkar Kepura-puraan, diskusi TerasSore edisi kedua itu berlangsung pada bulan puasa, kami mengundang banyak lintas generasi muda pegiat seni di Banda Aceh dan Aceh Besar. Acara itu berlangsung disela sela menunggu waktu berbuka puasa, Rabu 24 Juni 2015.

Lalu pada Rabu 26 Agustus 2015, TerasSore kembali kami gelar dengan mengangkat tema Aceh Un-Instalasi. Dua narasumber juga dari Jakarta Beinnale yang kebetulan sedang ke Banda Aceh, kami membajak mereka untuk berbicara dengan kawan kawan pegiat seni lintas bidang. Mereka adalah Octora, seorang Seniman Perupa Instalasi dari Bandung dan Riksa Afianty, Kurator Muda Jakarta Beinnale 2015.
Poster TerasSore Edisi  III 
Ini sesuatu kebanggaan kami Komunitas Kanot Bu dan pegiat seni di Aceh dalam mendengar banyak hal baru tentang seni rupa dari dua seniman perempuan ini. Atas kesediaan mereka berdua untuk bisa berbagi banyak hal tentang seni rupa. Hal itu tentu saja tak bisa lepas dari peran Putra Hidayatullah, Kurator Muda yang berasal dari Banda Aceh. Terimakasih banyak Putra. Ini menjadi spirit bagi pegiat pegiat seni yang lain di Aceh untuk terus berkarya di tingkat nasional dan international []

Markas Komunitas Kanotbu, 10 Nov 2015 pada sebuah malam yang suntuk dan hari hari sunyi selepasnya. 

05 November 2015

11/05/2015 02:08:00 AM

Sanger Day, Ijakrong Dan Malam Pertama

Sabtu Malam dipenghujung pekan akhir bulan Oktober, saya diundang oleh Aulia Fitri, pengelola Komunitas @iloveaceh untuk hadir pada malam acara peringatan Sanger Day. Saya berkesempatan hadir berbaur dengan puluhan pengunjung yang umumnya dari kalangan pemuda. Acara itu berlangsung di Parkiran Pasar Aceh, Sabtu Malam, (31/10/2015). Saya tertarik datang karena pengunjung akan memakai ijakrong semua, saya ingin merasakan suasana yang berbeda itu. Ternyata, malam itu hanya sekitar 10 orang saja yang benar-benar memakai ijakrong.

Perigatan Sanger Day malam ini yang ke tiga kalinya dilaksanakan sejak pertama kali pada tahun 2013. Sanger Day digagas pertama kali Fahmi Yunus dengan hestek #SangerDay di twitter pada tanggal 12 Oktober 2013. Hestek itu diikuti oleh banyak orang setelah diretwet oleh akun @iloveaceh dan mendapat respon dari nitizen.

Fahmi Yunus pada pengantarnya di peringatan Malam Puncak Sanger Day menyebutkan, Sanger dikenal akrab di Warung Kopi Atlanta, Ulee Kareng, era tahun 1997. Sanger berarti Sama-Sama Ngerti. Kala itu pengunjung Atlanta umumnya dari kalangan mahasiswa. Tahun itu masa krisis moneter. Karena mahasiswa ingin minum kopi susu tapi harga yang sulit dijangkau apalagi akhir bulan. Maka bagi mahasiswa yang ingin minum kopi dengan ada rasa susu sedikit, terjadilah negosiasi antara mahasiwa dan warkop dengan membuat kopi sedikit susu. Munculnya istilah Sanger, sama-sama ngerti antara penikmat kopi dengan warkop. Sanger berbeda dengan kopi susu.

Di kampung saya, Kutablang Bireuen, tidak ada istilah Sanger. Kami mengenal kupi stel, kupi yang distel dengan susu sedikit. Rasa masih terasa pahitnya. Tapi ini ngak disebut kopi susu. Tetap disebut; kopi stel. Kupi Stel dibuat dengan campuran susu sedikit yang dituangkan, harga tetap dihitung harga kopi biasa. Gulanya dikurangi. Tetapi rasanya berbeda dengan Sanger.

Sanger Day malam itu diperingati dengan hidangan sanger dan timphan kepada pengunjung sambil mendengarkan musik dari dua band lokal. Mereka membawa lagu-lagu milik band dari Jakarta. Tak ada sesuatu yang beda. Hanya satu lagu kreatif mereka yang nyanyikan lagu mars iloveaceh. Selebihnya saya seperti mendengar musik dari kaset biasa.

Saya tidak melihat ada sesuatu yang beda dari penampilang mereka. Jika panitia mengajak pengunjung untuk memakai kain sarung, hal itu tidak berlaku pada personel pemusik malam itu. Mereka tetap memakai celana jeans. Mestinya jika memang ingin membikin acara itu berbeda, alangkah indahnya para pemusik itu juga memakai kain sarung.

Sarung sudah jadi bagian identitas masyarakat Aceh dan Indonesia. Saya teringat cerita lelucon tentang dua pemuda yang memakai kain sarung saat berjalan menuju ke masjid. Satu pemuda adalah kader Nahdlatul Ulama dan satu lagi pemuda kader Muhammadiyah. Duanya memakai baju koko dan memakai peci hitam. Lalu bagaimana kita bisa mengetahui identitas keduanya? Menurut ahlus periwayat kisah ini, jika ingin mengetahui perbedaan keduanya, maka kita datangi mereka. Lalu sibakkan kain sarung kedua ke atas; jika pemuda itu tidak memakai celana dalam, itu pemuda NU, kalau memakai celana dalam, itu adalah pemuda Muhammadiyah. Pemuda NU kerap berasal dari kalangan pesantren. Bagi yang pernah mondok, akan paham kenapa santri jarang memakai celana dalam.

Negeri Arab, saya pernah mendengar cerita dari teman yang kuliah sana. Lelaki memakai kain sarung identik dengan lelaki pengantin baru yang sedang atau akan melaksanakan malam pertama. Ini soal budaya tentu saja yang tak perlu diperdebatkan. Bagi budaya kita, kain sarung tak selamanya juga digunakan sebagai alat untuk beribadah. Ia bisa berfungsi ganda sebagai alat untuk tidur. Jika pagi-pagi, masa zaman dulu kala saat kakus masih seluas jagat raya. Kain sarung juga berfungsi untuk menutup tubuh saat buang hajat di sungai.

Bagi kaum muda yang masih lajang, memakai kain sarung saat jalan bersama teman wanitanya adalah sebuah tips agar terhindar dari razia petugas syariah, pasangan itu akan dikira telah menikah. Pacaran ala syariah. Eh, tetapi saya tak bertanggung jawab jika kalian lakukan tips buruk ini.

Peringatan sanger day malam itu adalah bagian dari mengenalkan identitas Aceh kepada masyarakat urban kota Banda Aceh. Tradisi minum sanger + pajoh timphan + ijakrong adalah bagian dari identitas Aceh yang mesti terus digalakkan sebagai bagian dari warisan budaya. Mungkin saja masa akan datang, akan ada peringatan Hari Ijakrong Nasional sebagaimana Hari Batik Nasional.

[tulisan ini telah dipublis juga di acehtrend.co, 2 November 2015]

15 October 2015

10/15/2015 12:54:00 AM

Mengenang Dr Ir Agussalim, Mantan Purek III Unsyiah



Tahun 2003, saya semester 3, pernah beberapa kali ke ruangnya kala istirahat siang, atau bakda ashar. saya diajak oleh Junelwan (MIPA 98). Saya bergabung di Bursa Mahasiswa Unsyiah, sekretnya di gedung kecil (depan pustaka induk). Pak Agus paling sering bertanya kami: "sudah makan nak?"

pernah ada waktu diskusi dengan kami di ruang PR3, datang mahasiswa dari fakultas lain, sang mahasiswa memakai sandal. Pak Agus bertanya: "kenapa ngak pakai sepatu? kan lebih gagah kalau mahasiswa pakai sepatu" beliau sambil tersenyum. Mahasiswa itu senior di atas leting saya menjawab: "ngak ada uang beli sepatu pak"

selesai urusan, waktu dia permisi. pak agus keluarkan dompet. ia kasih uang ke mahasiswa itu. "Ini sedekah saya, mahasiswa harus pakai sepatu, ngak perlu beli sepatu mahal" abang leting tersebut awalnya menolak, akhirnya mengambil dengan malu2.

Waktu saya SiKAT 2002, Pak Agus menjabat PD1 Teknik, saat itu PD3 Pak Nurdin Ali (TM). Nah, tahun 2003-2008 (Smtr) ganjil inilah Pak Agus mulai jadi PR3, waktu itu Rektor Prof. Abdi Wahab. Pak Darni Daud menjabat  sebagai PR 1. *mohon diralat jika ini salah data.

Tahun 2006/2007 saya jualan rokok di kios becak depan BNI MIPA. Satpam melarang kami jualan di pinggir jalan. Kawan saya anak FE leting 2000. Berkali2 ditegur dan dilarang jualan. Kami akhirnya ke PR3, Pak Agus. Kami sampaikan bahwa "kami adalah mahasiswa unsyiah. Kampus boleh melarang kami jualan di depan BNI. Dengan syarat, SPP kami dibayar oleh rektorat Unsyiah, sampai kami sarjana"

Pak Agus tersenyum. Ia tak menanggapi serius "ancaman" itu. Saya ingat, dia lebih banyak bertanya asal kampung, keadaan kuliah dan pekerjaan orang tua.

Pak Agus minta fotocopi KTM kami, lusa kami disuruh menghadap lagi ke ruangnya. Waktu tiba kami menghadap,  Pak Agus kasih kami surat keramat izin jualan, sebab alasan kami adalah mahasiswa. Dan beliau sangat mendukung kami jualan. surat itulah yang jadi pegangan kami saat datang satpam. Kami jualan di situ sampai akhir 2008.

Saya tidak begitu jauh kenal Pak Agusalim, sebab beliau dosen di Teknik Sipil. Pernah dapat kabar dari radio bergigi, dulu saat beliau jadi mahasiswa, Pak Agus berjualan kerupuk di kantin-kantin kampus, dan ditaruh di warkop. Beliau berasal dari Meulaboh ya, kalau ngak salah? Tetapi, saya tidak tau, apakah latar belakang seorang pemimpin latarbelakang hidupnya dari kaum kelas miskin akan beda cara memimpinnya dengan kaum elit yang sejak kuliah berasal dari keluarga orang kaya? Wallahualam.

Segala amal ibadah Almarhum DR. Ir. Agussalim, M.Sc diterima oleh Allah SWT. Amin ya Rabbi. Al-Fatihah. Saleum, Muhadzdzier / masuk dengan terhormat di Teknik Mesin sejak Juli 2002 s/d Mei 2010.

02 September 2015

9/02/2015 09:25:00 AM

33 Tahun Sudah, dan Hari Setelahnya

at studio Seungkak Malam Seulanyan, Bivak Emperom Markas Kanotbu | Ist
Sejak kecil saya tidak pernah merayakan ulang tahun. Perayaan ulang tahun itu tidak akrab dan dekat dengan suasana hidup saya pada masa itu. Sebagai anak anak  hidup di kampung, ulang tahun tak jadi tradisi kesempatan untuk meniup lilin dan memakan kue tart yang dirancang  khusus ulang tahun, dengan bentuk angka di atasnya. Itu cerita kami kecil dulu. Tetapi sekarang, beberapa keluarga berpendidikan telah melakukan hal itu bagi anak anak mereka. Saya tidak tau, dasar apa yang memperbaharui pola hidup bagi keluarga anak anak ini. Mungkin biar dicap sebagai manusia yang modern ikuti perkembangan zaman.

31 August 2015

8/31/2015 10:55:00 AM

Bukan Mahasiswa Biasa

hanya wisudawan dari Fakultas Teknik Unsyiah, setelah seremonial wisuda universitas naik truck keliling Banda Aceh. /fb: Kaft Teknik

"masuk sama sama keluarnya juga sama-sama. kuliah itu ngak perlu pinter, tapi pinter pinter klean" ini kalimat berulang ulang dari abang angkatan, yang kami dengar waktu SiKAT.

Aku masih ingat pada Minggu pertama masuk kuliah pasca SiKAT, pengantar awal kuliah dari seorang dosen senior: " kalian masuk Teknik Mesin seperti serdadu yang turunkan di rimba belantara. dengan bekal seadanya, kalian disuruh bergerak menuju markas di kota. tak semua bisa selamat, ada yang mati kelaparan, diterkam hewan liar, sesat jalan pulang, waktu yang kalian tempuh beda-beda jalan sampai"

Jangan cengeng. aku lulus tes SPMB pada Pilihan Pertama di Teknik Mesin tahun 2002, setelah tamat STM 2001. Alhamdulillah bisa selesai Mei 2010, 8 tahun termasuk cuti akademik di dalamnya. Masuk Teknik itu susah, keluar (secara terhormat) lebih susah lagi. Aku wisuda saat umur sudah 28 tahun. Perusahaan-perusahaan besar rata rata batasi umur untuk pelamar kerja 25-28. Jangan tanya bagaimana kami jalani jelang masa kritis saat itu. Beberapa kutulis di buku catatan harian Maop. Tak pantas dipublis untuk umum. Cukup sebagai kenangan untuk masa tua jika berumur.

Tahun 2002 saya ingat sekitar 1000 lebih pelamar di jurusan T.Mesin. Dari 130-an yang lulus seleksi (SPMB dan USMU) leting jurusan kami, hanya 40-45 orang yang wisuda di Unsyiah. Selebihnya banyak yang keluar, pindah jurusan, pindah kampus, meninggal, kerja dan lain lain.

Ijazah hanya sebagai legalitas untuk mencari posisi yang sedikit terhormat, sebagai syarat adminitrasi aparatur kantoran. Tak ada jaminan dengan sarjana akan sukses, hanya jalan saja beda dengan yang lain. IPK tinggi klean kadang kala hanya mengantarkan klean sampai di meja wawancara.

Hormati dan sikap beretika pada dosen dan civitas akademik kampus. jadi seperti orang terdidik. jangan anggap remeh adik angkatan dan atau kawan IPK kecil, selepas tamat esok, dia bisa jadi bos tempat kalian kerja. jangan saling menghina kawan yang berasal dari desa, carilah kawan yang benar benar bisa saling bantu. jangan ambil untung saja. ada kawan kawan kalian dengan didikan masa konflik di kampung-kampung penuh suara dentuman bau mesiu. SiKAT jadi bikin kalian sama; aneuk Teknik.

Jadilah mahasiswa, bukan tukang kuliah. sangat ku sarankan nonton film India, 3iDIOT ada banyak hal motivasi di sana tentang jadi mahasiswa.

"Ini adalah Universitas, bukan panci bertekanan. Singa sirkus juga belajar untuk bisa duduk di kursi, hanya karena takut dicambuk. Tapi kita tetap boleh menyebut singa itu terlatih, bukan terdidik" demikian kata  Rancho Ranchordaz, pemeran utama filem 3iDiot yang paling terkenal itu.

bivak, 1 september 2015

16 August 2015

8/16/2015 07:20:00 AM

Surat Keramat Dari Humas Unsyiah




Bulan Februari lalu saya diminta oleh seorang redaksi pihak Humas Unsyiah untuk berkontribusi menulis esaai tema budaya, untuk Majalah Warta Unsyiah. Esai saya "Budaya Mengemis" itu akhirnya dimuat pada Edisi 185/Maret 2015. Sebagai alumni Unsyiah, saya tentu saja senang. Edisi Majalah itu terbit pada April 2015.

Lebih senang lagi, hari ini saya mendapat surat Ucapan Terima Kasih atas dimuatnya tulisan itu + honor sebagai apresiasi jasa menulis essai itu. Selama  ini saya tidak pernah mendapat surat resmi ucapan terima kasih atas tulisan saya ketika dimuat dibeberapa media cetak dan online. Saya memahami bagaimana ribetnya hal yang mungkin saja sepele ini.

Kalau honor, pun harus ambil sendiri ke kantor media tersebut, itupun kadang dengan harus ulang-alik esoknya karena anggaran media tersebut tak ada lagi atau dengan segudang alasan lain. Tak pernah pula dihubungi secara khusus untuk pengambilan honor.

2011 saya pernah alami kejadian buruk dalam menulis. saya pernah meminta tulisan saya yang dimuat pada sebuah situs LSM untuk dicabut, karena sang pengurus LSM itu mencla-mencle soal honor, dan saya merasa ditipu dengan alasan honor tak ada lagi sejak tahun itu. Padahal beberapa teman yang pernah dimuat tulisan tahun itu mendapatkan honor.

Lebih marahnya lagi, sang direktur itu seorang pengajar disebuah kampus, saya langsung marah dengan mengingat kalau saja Mak saya tau, anaknya ditipu oleh seorang dosen, itu sungguh hina sekali martabat saya. Tulisan itu akhirnya dicabut, saya marah dan tersinggung, apalagi sang pengurus situs itupun tak meminta maaf secara baik-baik. Itu kejadian 4 tahun lalu.

Setahun kemudian juga alami hal yang sama dengan sebuah tabloid lokal, saya diminta menulis essai, saya tau disana ada honor lumayan dari referensi teman yang pernah dibayar honor tulisannya, tapi saat ditagih, lagi lagi alasan dengan berbagai hal teknis. Saya memilih tak lagi menagih. Saya akui kalau kualitas tullisan saya belum begitu baik, bahkan masih buruk saat saya baca berulang ulang. Saya sudah ikhlas dengan kejadian itu. Sebagai pengalaman lika liku dalam dunia menulis. Halah!

Hari ini saat surat Ucapan Terimakasih dan apresiasi telah berkontribusi menulis di Warta Unsyiah, saya benar benar tersanjung dan merasa dihargai sekali bagi penulis/kontributor majalah ini. Dari sekitar 30 judul lebih pernah dimuat di media massa sejak 2007, baru ini mendapat surat Terima Kasih. Surat ini akan saya arsipkan koleksi pribadi, mau dibingkai, saya benar benar terkesan atas surat yang langsung ditandatangani oleh Kepala Humas Unsyiah, Dr. rer. nat. Ilham Maulana, S.Si. Saya mengenal orangnya, masih kategori kaum muda, sekali pernah bertemu salaman pada sebuah seminar di FKIP kalau tak salah. Trims atas surat berharga ini, Pak!

Apresiasi balik dan terimakasih saya juga atas surat Ucapan Terima Kasih ini kepada redaksi Warta Unsyiah, Tim/staf Humas Unsyiah. Saya merasa dihargai sekali atas jasa tulisan itu. Saya tau setiap edisi ada banyak penulis/kontributor dengan berbagai rubrik di dalamnya. Dan semua mendapat surat ini seperti saya + lampiran Majalah Warta Unsyiah. Tentu ini bukan kerja sepele. 

Kerja kerja surat kabar dalam menghargai penulis masih sangat kurang sekali terjadi di Aceh khususnya dan Indonesia umumnya. Apalagi sampai mengirim surat begini. Atau saya yang alpa atas informasi ini? Atau juga saya saja yang berkesan sangat dihargai karena sebelumnya pernah 'ditipu' oleh dua kasus pada tahun 2011 itu?  Terimakasih Kembali Humas Unsyiah. Tabek!


07 August 2015

8/07/2015 05:51:00 AM

17 Tahun Lalu, DOM Aceh!

Saat PiasanSeni 2014 di Taman Sari, sebagai Koordinator Stand, saya ikut mendampingi kelompok  siswa salah satu SMA dari Lhokseumawe. Mereka datang khusus untuk melihat acara Piasan Seni, diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Banda Aceh. Mereka didampingi oleh 2 orang guru. Umumnya siswa itu kelahiran tahun 2000-an. Mereka membawa buku, mencatat apa saja hal yang menarik dari hasil amatan saat mereka tanya di setiap stand. itu tugas yang diberikan oleh sekolah. Ohya, mereka datang ke Banda Aceh dengan biaya dari sekolah, info ini saya tau dari guru yang mendampinginya.

Selain siswa itu, Saya tak bertemu ada siswa dari sekolah di Banda Aceh yang datang secara khusus ke sini atas nama sekolah dengan didampingi gurunya. Padahal di sana banyak hal baru yang bisa dipelajari oleh siswa tentang seni, sejarah dan lainnya.

Sebelumnya saya pernah menyarankan ke dinas terkait, untuk mengirimkan surat ke sekolah sekolah di Banda Aceh agar membawa siswanya ke acara piasan seni.  saat jam pelajaran berlangsung, didampingi oleh guru. Kami dari panitia siap mendampingi dan memperkenalkan setiap stand di sana. Ada hal menarik yang sampai sekarang masih membekas kenangan itu bagi saya dan teman teman Komunitas Kanot Bu (KKB), saat siswa dari SMA Lhokseumawe tersebut melihat ada pajangan kaos produksi Geulanceng Trademerk dengan gambar depan sablon KTP Merah Putih.

Saya bersama teman teman penjaga stand KKB menjelaskan tentang baju itu. Beberapa siswa mencatat di bukunya. Saat kami cerita kalau dulu di Aceh ada DOM, seorang dari mereka bertanya: "Apa itu DOM, Bang?" kami semua di stand tercengang, saling menatap tak langsung menjawab. Saya menghela nafas, lalu menjelaskan. Saat itu Reza Mustafa dan Idrus Bin Harun dan teman teman lain dari KKB ikut menjelaskan.

Selesai kejadian itu kami saling berdiskusi soal kejadian ini. Bagi kami ini penting, Reza dan Idrus bahkan menulis essai soal ini dan dimuat di rubrik budaya Minggu, Serambi Indonesia seminggu setelah itu, Juli 2014.

Setelah kejadian itu, kami sempat bikin lelucon. Semacam survey kecil kecilan tentang kondisi siswa kita dalam mengetahui sejarah Aceh. Sejarah tentu saja penting bagi masa depan pembangunan, Aceh. Jangan sampai 100 tahun akan datang, kejadian air laut mengamuk dipenghujung 2004 akan ditertawakan oleh generasi kita kalau tsunami di Aceh hanyalah sebuah cerita dongeng.

Ada banyak fakta sejarah lain di Aceh, semua mesti dicatat dan dijadikan bahan pelajaran bagi anak cicit kita ke depan sebagai penjaga amanat tanah ini, sebagaimana para pendahulu kita menjaganya dari taktik penjajah yang ingin menguasai tanah nenek moyang kita.

Hari ini 17 tahun sudah DOM (Daerah Operasi Militer) dicabut setelah operasi itu berlangsung 10 tahun. Ada banyak korban dari tragedi ini darii berbagai tempat di Aceh. Jumlah korban sekian ribu jiwa dan harta. Mari kita kirimkan Al-Fatihah untuk seluruh korban DOM di Aceh.

Saat kecil saya merasakan dan melihat efek dari DOM itu, saat itu kami kecil tak tau apa apa.

7 Agustus 1998, DOM dicabut di Aceh oleh Pangab (sekarang Panglima TNI) Jend TNI Wiranto, Presidennya RI masa itu sudah dijabat oleh Habibie, pasca Suharto mundur dari Presiden atas desakan banyak pihak. Saya kelas 1 SMA, baru masuk kurikulum dengan wajah culun. Tahun tahun setelah itu kami lebih senang tak masuk sekolah dan memboikot segala hal yang berbau pemerintah. Kami tak masuk sekolah, turun ke jalan mengecat jalan aspal dengan tulisan besar besar: Referedum.

Hari ini 7 Agustus 2015. Hari Sabtu besok 8 Agustus 2015. Saya kira, ada sesuatu yang penting juga terjadi pada 8 Agustus 1998 lalu di Aceh sehari pasca DOM dicabut, dalam doa dan air mata bagi kita yang masih cinta akan Aceh.

Untuk seluruh syuhada Aceh, sebagai Aceh saya ikut bertanggung jawab untuk menjaga tanah ini tetap damai, sehat dan sejahtera selalu. Walaupun "Aceh" tak pernah peduli akan saya. Hormat dan angkat topi  untuk para pejuang yang telah menjadikan Aceh hari terus lebih baik lagi dan lagi. Ingat, pasca kita meninggalkan Aceh, ada generasi penting yang akan mewarisi tanah ini. Ajarkan kepada mereka untuk saling gotong royong, anak anak kita yang kaya raya untuk menghargai dan membantu pada temannya yang miskin. Ajarkan mereka untuk perdamaian Aceh ini terus berlanjut. Saya cinta dan mencintai kalian semuanya, Aceh!


03 August 2015

8/03/2015 10:03:00 AM

Ini Cara Membunuh Rindu



digelapnya jalan pulang, seseorang sedang bersedih berteduh dibalik rintik rintihan hujan. berkali ku paksa engkau keluar dari kepalaku. engkau memang pergi sebentar, lalu kembali. bagimana aku ikuti titahmu, sedang aku masih ragu. .

setiap datang sebuah kepergian, kita selalu jadi paham akan makna kehilangan. ia tak kuasa melawan. dari jauh bentang dan jarak, seseorang mendoakanmu agar selalu dekat dgn mereka yg kau cinta. dan sampailah pada masa engkau memilih: terluka, sekali lalu selesai atau tersiksa, berkali dan tak berhenti.


aku rela di penjara, bahwa membunuh kerinduan padamu adalah sebuah pelanggaran kemanusiaan. kemarin teringat: engkau jadi seseorang yang sangat kukenal tapi tak bisa kumengerti bagaimana mungin ada hati yang luka.

akhirnya kita ulang; cinta itu dua sisi yg beda, jika tak siap dgn luka, engkau mestinya tak jatuh cinta. sekali masa kita pernah paham, memilih diri sebagai korban atas kebahagian dari mereka. satu hati melukaimu, satu hati melukaiku.

kopi ini jadi tambah pahit, ia terbuat dari tetesan kenangan.

14 July 2015

7/14/2015 04:21:00 AM

Lebaran dan Teror Kapan Kawin



Saya teringat sebuah film genre komedi romantis yang rilis Februari lalu di bioskop. Iya, film “Kapan Kawin” bercerita tentang seorang wanita karir 30 tahun yang sukses sebagai manajer sebuah hotel bintang lima. Wanita itu sudah berumur kepala tiga. Dia belum nikah, menjadi momok bagi kedua orang tuanya. Gadis bernama Dinda (diperankan oleh Adinia Wirasti) jadi galau gundah merana dengan desakan pertanyaan kedua orang tuanya; kapan kawin?

Berkat bantuan seorang teman, Dinda akhirnya menyusun sebuah rencana menyewa seorang aktor teater bernama Satrio (diperankan oleh Reza Rahadian) untuk mengelabui kedua orang tuanya.  Satrio disuruh berpura pura menjadi pacar Dinda yang akan dikenalkan kepada orang tuanya, saat acara perayaan ulang tahun pernikahan Ayah-Ibunya tersebut.

Rencana itu tak berjalan mulus. Akting Satrio yang bagus membuat kagum kedua orang tua Dinda, Satrio dipandang sebagai sosok pria yang pantas dampingi anak gadisnya. Lalu desakan orang tua Dinda kepada Satrio untuk segera menikahi anak gadisnya. Tentu saja Satrio, dalam hal ini digambarkan sebagai karakter idealis berperan menolak tawaran itu.  Kekacauan berakhir karena Satrio bukan pacar Dinda, ia dibayar berpura pura jadi pacarnya. Disini petualangan mengeles seribu lapis langit bikin cerita menarik.

Film Kapan Kawin ingatkan saya pada momen lebaran dan ajang sejenis saat berkumpul bersama keluarga. Lebaran adalah momen bagi ummat muslim untuk saling bersilaturrahmi sesama saudara dan keluarga. Tak peduli iya kaya-miskin atau tua muda, perawan-perjaka, tak ada batasan umur juga. Lebaran sebagai ajang untuk saling berjabat tangan-tatap muka saling meminta maaf atas sikap silap salah dan dosa. Dosa disengaja atau tidak sesama ummat manusia. Tak terkecuali dosa kepada mantan pacar yang pernah menyakiti hati dan perasaannya. Selayaknya momen lebaran dijadikan ajang untuk saling bermaaf-maafan; minal aidil wal faizin.

Dalam setahun, ada dua kali hari raya dikalangan ummat islam; Hari Raya Idul Fitri dan Hari Raya Idul Adha. Nah, dalam edisi lebaran itulah, seluruh keluarga besar berkumpul saling silaturahmi. Yang jauh mendekat dan merapat ke rumah saudaranya. Para lajang biasanya masih tetap di rumah sendiri atau mengunjungi rumah mantan yang pernah menyakiti hatinya. Minta maaf secara baik baik, mana tau dapat kode lagi untuk diajak balikan. Itulah salah satu berkah hari raya.

Ajang berkumpul keluarga atau yang ke rumah saudara, bagi jomblo yang di rahmati Allah nan soleh/solehah. Jomblo yang mendekati waktu kadaluarsa  tak laku nan lanjut usia. Tentu saja akan tak senang dengan suasana ketika semua keluarga telah berkumpul. Atau saat lebaran biasanya ada ajang reuni halal bi halal teman sekolah. Ajang inilah, jomblo soleh-solehah sudah kadaluarsa lebih memilih tak hadir pada acara reuni teman sekolah. Ia akan minder dan malas hadir untuk menghindar dari pertanyaan klise teman teman sebangku SMA dulunya yang sudah menggendong anak dua atau tiga orang. Tentu saja hal yang menakutkan bagi dia ketika muncul pertanyaan horor dari si teman yang sudah berkeluarga.

Kapan kawin? Suasana langsung hening. Mulut langsung terkunci rapat rapat dengan mata terbuka lebar melongo kepada yang bertanya. Memasang wajah seakan tak tak jelas pada pertanyaan si teman yang sudah beranak pinak itu, seraya balik bertanya; maaf tadi tanya apa? Saat itu kuping langsung pura pura tuli tak mendengar jelas pertanyaan si teman.

Langsung pura pura gila atau meloncat ke kolam renang dan menyelam lebih dalam. Bagi jomblo, pertanyaan kapan kawin adalah hal yang sangat menakutkan dan langsung pura pura lupa diri saat ditanya oleh teman. Saya biasanya lebih memilih menjawab asal asalan, atau menjawab dengan kalimat pesimis akan kawin pada bulan depan.  Selesai? tentu tidak. Mereka masih saja kepo bertanya akan kawin dengansiapa. Sama kambing, emang masalah!
Ketika muncul lagi pertanyaan hari dan tanggal apa, saya langsung menjawab; kalau ngak Sabtu ya hari Minggu. Selesai? Tidak. Saat itu, jadilah pura pura gila tak mengenal diri sendiri dan mengalihkan ke isu lain semisal; “eh anak kamu ganteng ya, ngak mirip kamu. Agak mirip wajah mantan pacar istrinya dulu, jangan-jangan itu saham dia.”

Itu tips dan trik bagi kaum jomblo untuk melakukan serangan balik. Lihat bagaimana wajah temanmu itu, dia akan masam muka dan cemburut minta ditempel ke dinding. Kalau kalian tak percaya, boleh aplikasikan saran saya ini.

Selanjutnya tips serangan balik bagi kawan yang sudah menikah, saat dia bertanya pada kamu kapan kawin? Jika dia sudah menikah dan belum punya anak, maka inilah serangan balik itu. “eh kok belum punya anak? Mandul ya? Atau jangan jangan istrimu masih perawan. Kamu impoten?”

Lalu perhatikan apa yang terjadi, si kawan tersinggung mungkin seperti kalian tersinggung saat lagi duduk ngopi sendirian di warkop, datang mantan pacar bersama pria idaman barunya, sang mantan mendekat ke arahnya dan menyapa. Ini sungguh hal tak asyik dan sangat meresahkan hati dan perasaan.

Lagi lagi kita sebagai jomblo meraih kemenangan di bulan syawal ini. luarbiasa bukan? Kalau perlu pakai serangan yang lebih rasis dan ekstrem. “kalau belum mampu hamili dia, biar istrimu tidur sama aku semalam. Kita lihat apa yang terjadi sebulan ke depan”
Maka kamu akan menang lagi, mblo.

Jadi momentum lebaran tak perlu resah wahai para jomblo yang soleh-solehah dirahmati Allah. Tak perlu takut dengan pernyataan “kapan kawin” sebab cara terbaik menjawab pertanyaan itu adalah dengan siap sedia mencari celah untuk menyerang bagi yang bertanya. Lalu bagaimana kalau pertanyaan itu terjadi saat kumpul antar sesama keluarga besar. Mungkin kamu bisa gunakan cara seperti Dinda lakukan di film Kawan Kawin, dengan menyewa aktor pemain film atau pemain teater. Saran saja sih []

07 July 2015

7/07/2015 04:40:00 AM

Martunis dan Perjuangan Ke Portugal

Martunis Bersama Cristian Ronaldo | facebook Martunis Ronaldo
Saya tak melihat ada peran Pemerintah Aceh via Dispora atas martunis di Sporting Lisbon Portugal. Atau peran KONI Aceh atau peran PSSI Aceh dalam hal ini. Jika ada berarti saya yang tak dapat berita itu.


Lebih lebih lagi tak ada peran Kemenpora atau PSSI ditingkat pusat. Dan anehnya via akun twittwer PSSI mengklaim kalau Martunis adalah binaan PSSI. Ini sungguh lucu dan aneh sekali. Semacam sudah jadi kebiasaan pemerintah, orang orang yang sebelumnya dianggap kurang berbakat, begitu sudah jadi sukses maka ramai orang tang akui sebagai bagian dari perjuangannya.


Martunis punya kesempatan belajar sepakbola jadi lebih baik ke sana berkat beking dan rekom Cristian Ronaldo, pemain Real Madrid Club. CR7 dulunya juga alumnus Sporting Lisbon. Sewaktu di Aceh, Martunis berlatih di sekolah binaan dan pakai sistem latihan dari Real Madrid di Banda Aceh bagi anak anak.


Di balik keberangkatan Martunis ke Portugal, saya melihat ada Mounawardi Ismail (Wartawan Harian Waspada) yang membantu urus keberangkatan Martunis. Bang Muna juga dulunya yang dampingi Martunis sewaktu di HitamPutih, acara talkshow di Trans7 TV. Bang Muna mengantar Martunis sampai di Jakarta. Lalu dubes Portugal untuk RI yang bawa Martunis ke sana. Saya tak melihat ada pejabat/politisi di Aceh yang mengantar dia ke Bandara SIM. Ini padahal kesempatan bagus bagi market pilitical. Ah, sudahlah.


Di sini tampak peran kuat seorang CR7, pemain timnas Portugal. CR7 seorang yang istiqamah, dia komit pada apa yang pernah diucap dulu. Martunis beruntung sekali bisa diundang bergabung latihan di akademi Sporting Lisbon Club, Portugal. Tempat Cristiano Ronaldo dulunya bergabung hingga membesarkan namanya.


CR7, bintang sepakbola dunia, pemain El Real yang fenomenal dan berjiwa sosial tinggi. Beda jauh sama bintang 'ecek-ecek' club lawan el clasico sana yang kurang peka pada manusia dan kemanusian. Makanya rata rata fans doi adalah orang yang tidak berjiwa sosial. Beda sama kami loyalis Real Madrid dan fans ortodox CR7. #HalaMartunis!

28 May 2015

5/28/2015 03:22:00 AM

Seuneubok Seni; Malam Amal Rohingya


foto; reza mustafa

RILIS - Berbagai komunitas yang tergabung dalam Seunebok Seni, akan menggelar Malam Amal Rohingya Selasa, 26 Mei 2015. Bertempat di Haba Café Lampriet, Banda Aceh. Koordinator acara, Muhadzir M Salda, tersebut dalam pernyataannya mengatakan, acara yang digagas bersama ini tidak hanya sekadar acara penggalangan dana. Namun lebih dari itu, acara ini untuk membangun semangat soliditas dan solidaritas antar komunitas agar senantiasa peduli pada siapa saja yang membutuhkan.

“Seuneubok Seni sebagai penyelenggara acara ini adalah forum yang bersifat temporer. Tidak mengikat komunitas secara ketat untuk suatu iniasiasi even amal apa pun” ujarnya Muhadzir yang akrab disapa Maop.

Malam Amal Rohingya berupa penggalangan dana nanti malam akan dikemas dalam bentuk penampilan musik Amroe & Pane Band dan Seungkak Malam Seulanyan yang dimotori Fuady Keulayu.

“Selain itu, musikalisasi puisi dari Komunitas Jeuneurob dan deklamasi puisi Lasykar Syu’ara 227 dari FLP Banda Aceh juga akan ditampilkan dalam acara ini. Dan yang lebih penting akan ada orasi terkini tentang pengungsi Rohingya terkini yang akan disampaikan oleh Nurdin Hasan, salah satu jurnalis senior Aceh yang pernah meliput langsung para pengungsi Rohingya” tambah sang koordinator.

Sebagai bentuk solidaritas kemanusiaan kepada pengungsi muslim Rohingya yang diselamatkan nelayan Aceh selama dua pekan terakhir, karyawan Rumah Sakit AR Bunda Lubuklinggau, Sumatera Selatan menyumbang sejumlah uang pada acara Malam Amal Rohingya yang diselenggarakan oleh pegiat seni lintas komunitas, Seuneubok Seni, Selama malam, (26/5/2015). Sumbangan diberikan oleh Rahmat (64) warga Lamdingin. Banda Aceh.

Penyerahan uang dengan total Rp5 juta diterima langsung oleh Koordinator Panitia Malam Amal Rohingya, Muhadzdzier M. Salda di sela-sela pagelaran acara. Dalam sambutannya, Rahmat menyampaikan uang sumbangan tersebut diamanahkan oleh kerabatnya di Lubuklinggau Sumatera Selatan, untuk diberikan kepada para pengungsi Rohingya.

“Dulu ketika masih muda, saya sempat merantau ke Lubuklinggau sana. Hingga sampai saya pulang lagi ke Aceh, saya tetap berhubungan dengan para kerabat di sana. Jadi ketika kabar para pengungsi muslim Rohingya santer diberitakan media massa, kerabat di sana yang kebetulan bekerja di RS AR Bunda menghubungi saya, bahwa para karyawan tempatnya bekerja telah mengumpulkan uang sejumlah Rp5 juta untuk disumbangkan kepada para pengungsi Rohingya,” ungkap Rahmat. Malam Amal Rohingya yang diselenggarakan Seuneubok Seni berhasil mengumpulkan sejumlah uang dengan total Rp5.830.000.

Pada even kali ini, Seuneubok Seni menghimpun lintas komunitas di Banda Aceh, di antaranya: Komunitas Kanot Bu, Komunitas Jeuneurob, Komunitas Tikar Pandan, FLP Banda Aceh, geulanceng, Nyanban Kaos, KaosMaop, Bujroe, QIU Manajemen, Aceh Clothing.com, insta_aceh, Desain Grafis Aceh, 94.5 Three FM, AtjehLINK.COM, sumberpost.com, Acehnews.net, acehkita.com, Bandar buku, Haba Cafe, dan PAGE GRAFIKA. sumber: acehkita.com, pikiranmerdeka.co, portalsatu.com, sumberpost.com

04 May 2015

5/04/2015 01:13:00 AM

Mbongnya Orang Aceh



Mbong dalam bahasa Aceh bisa dikaitkan dengan arti sombong dalam bahasa Indonesia. Sifat ini mungkin sebagai watak dan karakter dari orang yang hidup di Aceh. Kesimpulan ini hanya bersifat dari pribadi saya tanpa hasil penelitian ilmiah, hanya (mungkin) perasaan dan pengalaman pribadi apa yang pernah saya rasa saja. 


Di Aceh, sifat sombong kerap jadi sifat paling tinggi dalam kehidupannya. Istilahnya itu dikenal dengan 'mbong'. Ya gengsinya orang Aceh itu besar, dalam hal fesyen, pergaulan, pamer harta dan kesuksesan misalnya. Hingga kemudian hadir plesetan: "untung saya ada mbong, kalau ngak, sudah dari kemarin digigit anjing. Cuma ini anjing ngak berani, karena mbong saya besar" sebegitunya lelucon pernah berbagi kabar dari mulut ke mulut. Saya mendengarkan itu dari seorang teman yang sering kali mengulang-ulang kalimat itu. 


Ada lagi lelucon satir yang pernah saya dengar dalam menggambarkan sifat 'mbong' itu tadi. Cerita bermula pada seandainya ada tumpukan mbong dan uang, sebagai Aceh kerap mengambil 'mbong' dibandingkan dengan uang. Karena kalau uang, bisa dicari dilain kesempatan. Begitu asumsi yang terjadi.


Dalam sebuah sumber tak berkutip dan kerap diulang ulang, sifat sombong ini digambarkan sebagai: "Orang sombong tidak boleh berak sembarang tempat. Karena akan berbahaya kalau kotorannya itu dimakan oleh ayam, maka ayam itu pun akan jadi sombong bersama teman-temannya"


Termasuk dalam hal rezeki, kerja, menikah dan prestasi lainnya tidak mesti sok dan mbong. Punya ilmu, adab dan aqidah kan? Jika engkau percaya rezeki, takdir, jodoh, maut itu bukti hadirnya Tuhan dalam diri dan jiwamu, maka itu akan menghilangkan sifat sombong tadi.


Orang memandang ketika engkau yang terlihat telah sukses, karena ketika berjuang, terjatuh, gagal, mereka tidak pernah tau dan merasakan. Bahkan ketika engkau terjatuh kerap dapat dicaci maki. Ketika sudah sukses, baru kemudian dapat pujian yang begitu luarbiasa. Semoga kita sadar diri dan paham untuk dijauhkan dari sifat sombong ini.[]


27 April 2015

4/27/2015 10:04:00 AM

Nangkring SaatnyaNonTunai, Bandar Publising Wakafkan Buku Untuk Kompasiana

Kompasiana bekerjasama dengan Bank Indonesia(BI) menggelar kegiatan “Jelajah Non Tunai Bersama Bank Indonesia” sebagai bagian dari Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) dari BI. Acara nangkring itu berlangsung meriah dan seru di Aula BI Perwakilan Aceh, Sabtu (25/04/2015)

Kegiatan itu dihadiri oleh seratusan lebih kompasianer di Aceh. Acara dipandu dengan kocak oleh Iskandar Zulkarnen yang akrab disapa Isjet. Sang admin dari kompasiana. Tanah Aceh bagi Isjet tidak lah asing, ini yang kesekian kalinya ia menginjakkan kakinya di Banda Aceh. Pada tahun 2011, Kompasiana juga mengadakan acara Blogshop Kompasiana bersama Telkomsel di The Pade Hotel. Isjet hadir menjadi pemateri tentang perkembangan media sosial era sekarang ini. 

Jelajah Non Tunai Bersama Bank Indonesia menghadirkan empat pemateri dari Jakarta. Menariknya hadir salah satu pemateri dari Bank Indonesia, Teuku Munandar. Pemuda yang juga kompasianer kelahiran Pagar Air Banda Aceh sekarang ini bekerja di staf salah satu deputi di BI Pusat. 

Pemateri menjelaskan tentang betapa pentinya dimedia sekarang ini untuk melakukan transaksi non-tunai berupa kartu elektronik. 

Sejak dicetuskan Gerakan Nasional Non Tunai pada tanggal 14 Agustus 2014 di Mangga Dua, Jakarta, Bank Indonesia terus melakukan sosialisasi penggunaan uang elektronik kepada masyarakat. Indonesia merupakan negara yang cukup tinggi dalam gunakan transaksi tunai jika saja dibandingkan dengan negara Asia yang lain. 

Transaksi uang tunai sendiri mempunyai kelemahan misalnya susah dibawa, terus transaksi tidak tercatat pada sistem, lalu kalau kirim uang ke rekan, jadi lama waktunya. Contoh itu misalnya ada orang tua dari pedalaman, akan susah kirim uang ke anaknya di kota, tetapi dengan adanya kartu elektronik non tunai, maka tinggal mengirim sms saja. Lebih mudah. 

Lalu manfaat dari penggunaan uang non tunai itu lebih mudah dan praktis, ada banyak pilihan jenis pembayarannya. tercatat dalam sistem transaksi, dan juga akan membantu pemerintah dalam perencanaan keuangat yang tepat atau akurat.  Masyarakat tak perlu takut pada keamanan teknologi chip yang cukup aman pada kartu tersebut. 

Lalu gimana kalau kita ingin dapatkan kartu elektronik non tunai tersebut? Mbak Susi dari Lembagay Keuanga Digital (LKD) menyebutan bahwa dari data BI, baru sekitar 36 persen orang Indonesia yang gunakan rekening bank. Dalam mendukung program ini, BI terus bersosialisasi kepada masyarakat dalam informasi tentang cara mendapatkan kartu elektronik non-tunai. Kita bebas memilih produk kartu tersebut dari berbagai bank konvensional yang sudah melakukan program e-kartu non tunai. 


Dalam rangka memperingati Hari Buku Sedunia sebagai penjual buku keliling di Bandar Buku saya mewakili Penerbit Bandar Publishing memberikan paket buku kepada Pepih Nugraha [COO Kompasiana]. Wakaf Buku ini sebagai simbol atas deklarasinya Komunitas Kompasianer Aceh [KKA] dan sebagai cikal bakal berdirinya Pustaka Kompasiana dan dimulai dari Aceh, demikian kata Pepih Nugraha.
Bandar Buku pagi tadi bersama beberapa lembaga lain melakukan peluncuran Gerakan Wakaf Buku Untuk Aceh di Museum Aceh. Aceh sebagai daerah modal model, rujukan bagi Republik Indonesia dalam banyak hal. Jika tamu dari Pulau Jawa dan Pulau Lainnya datang ke Aceh diberi hadiah batu giok, kami menggantikannya dengan pemberian buku. Semalam saya juga dapat hadiah buku Ibu Pertiwi Memanggilmu Pulang, karya Pepih Nugraha. Teurimong gaseh yang cukup besar Bang, saya sangat beruntung sekali.

4/27/2015 07:31:00 AM

Komunitas Kompasianer Aceh Dideklarasikan

Sesi Foto Kompasianer Aceh bersama Admin Kompasiana, Bank Indonesia dan Beberapa perwakilan bank di Aceh | foto @iloveaceh    
Banda Aceh – Komunitas Kompasianer Aceh (KKA) akhirnya terbentuk di Banda Aceh. Deklarasi itu dilakukan pada acara Jelajah Non Tunai Bersama Bank Indonesia (BI) yang berlangsung di Aula BI Perwakilan Aceh, Sabtu (25/04/2015)

Inisiatif itu awalnya muncul dari hasil kopi darat beberapa kompasianer Aceh yang minum kopi bareng Pepih Nugraha, Iskandar Zulkarnen, admin kompasiana dan teman-teman kompasianer Aceh lainnya di Warung Kopi Solong Mini, Banda Aceh, Jumat malam (24/04/2015. Awalnya seorang blogger senior Aceh, Taufik Al Mubarak yang memunculkan nama itu dalam obrolan diwarkop yang berlangsung hangat dan penuh cerita.

Lalu Sabtu, saat acara Jelajah Non Tunai Bersama BI, wacana itu kian mencuat saat Taufik dalam sesi tanya-jawab dengan pemateri kembali melemparkan wacana tersebut dan disepakati oleh para peserta #nangkring #SaatnyaNonTunai.

Husaini Ende, kompasianer Aceh dan pegiat lembaga anti korupsi di Aceh menyambut positif atas lahirnya Komunitas Kompasiner Aceh ini. Ia menyebutkan, KKA sebagia bagian dari tempat para kompasianer di Aceh untuk saling berbagi informasi tentang menulis dan kegiatan kompasiana lainnya.

Iskandar Zulkarnen yang memandu acara #nangkring bareng #SaatnyaNonTunai juga menyambut positif atas deklarasi KKA ini. Ia menyarankan untuk lebih mudah dalam akses komunikasi sesama kompasianer di Aceh untu membuat grup di facebook sebagia tempat untuk bisa saling berbagi informasi, demikian harapan manajer kompasianatv yang akrab disapa Isjet tersebut.

Banda Aceh beruntung jadi salah satu kota dari lima kota yang dibidik oleh pihak BI dan Kompasiana untuk sosialisasi Jelajah Non Tunai Bersama Bank Indonesia. Bagi Isjet, Banda Aceh bukan tempat pertama kali ia menginjakkan kaki. Tahun 2011, dalam acara Blogshop Bersama Kompasiana, Isjet juga hadir sebagia pemateri. Lalu pada tahun 2014, Bang Is –sapaan akrab orang Aceh- mendapat kesempatan diundang oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banda Aceh untuk memberikan materi menulis bagi para blogger-traveler di Hotel The Padee, Banda Aceh.

Acara Jelajah Non Tunai Bersama Bank Indonesia itu berlangsung sukses dihadiri oleh seratusan lebih kompasianer dan tamu undangan dari Bank Indonesia. Dari kompasiana juga hadir, Pepih Nugraha, Decky Fadhillah dan yang lebih menariknya, seorang kompasianer berasal dari Aceh dan juga karyawan BI Pusat, Teuku Munandar. Acara itu ditutup dengan makan siang bersama.

Perwakilan Kompasianer Aceh juga memberikan wakaf  buku bertema Aceh,   sumbangan penerbit Bandar Publising yang diterima oleh Pepih Nugraha dari Kompasiana. Pepih mengatakan, ini sebagai cikal bakal terbentuknya Pustaka Kompasiana. Hibah buku itu atas inisiasi beberapa kompasianer yang melobi Mukhlisuddin Ilyas, Direktur Bandar Publising yang juga seorang kompasianer Aceh. 

Pada hari yang sama, Bandar Publising dengan beberapa lembaga lainya di Aceh melakukan peluncuran Gerakan Wakaf Buku Untuk Aceh. Wakaf buku untuk kompasiana diserahkan  oleh Muhadzier, sebagai perwakilan Bandar Publising yang juga pedagang buku keliling Toko Bandar Buku []

22 April 2015

4/22/2015 06:31:00 AM

Tgk H Faisal Kembali Pimpin PWNU Aceh

Warga Muda NU Aceh memasang bendera untuk persiapan Konferwil XIII NU Aceh di Asrama Haji - Banda Aceh (17-19/04/2015)
Banda Aceh, NU Online - Peserta Konferensi Wilayah Nahdlatul Ulama XIII NU Aceh akhirnya bermusyawarah mufakat untuk meminta kembali Tgk H Faisal Ali sebagai Ketua PWNU Aceh periode 2015-2015. Untuk Rais Syuriyahnya, mereka meminta Tgk H Nuruzzahri Yahya.

Keinginan itu mencuat dalam pandangan dari pengurus cabang-cabang NU seanterao Aceh pasca penyampaian Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) PWNU Aceh periode 2009-2014.

Konferwil NU Aceh itu berlangsung secara akrab penuh kebersamaan, walaupun sebelumnya muncul beberapa nama kandidat ketua PWNU Aceh.

Konferwil XIII NU Aceh itu diikuti oleh 23 kabupaten dan kota di Provinsi Aceh. Forum ini berlangsung di Asrama Haji Banda Aceh sejak Jum’at-Ahad (17-19/4).

Forum ini dibuka oleh Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siraj. Hadir pada malam pembukaan konferwil itu Gubernur Aceh Zaini Abdullah, Wali Nanggroe Malik Mahmud Al-Haytar, sejumlah kepala dinas, unsur OKP dan ormas di Aceh, pimpinan dayah, dan undangan lainnya.

Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal Marwan Jakfar pada saat sambutan menutup Konferwil XIII NU Aceh berharap agar warga nadhlyin di Aceh menjadikan Aswaja sebagai pedoman dasar dan menjadi khittah perjuangan organisasi tersebut.

“Warga NU harus ikut serta dalam mengawasi program-program pemerintah terutama program di Kementerian Desa PDTT,” kata Marwan.

Marwan di hadapan 5.000 waga NU Aceh mengatakan bahwa kiprah NU sebagai organisasi sosial masyarakat dalam segala aspek kehidupan dari keagamaaan, ekonomi, politik, pendidikan, sosial-budaya, menunjukkan kemajuan yang sangat bagus. 

Penutupan Konferwil itu dihadiri oleh Wakil Gubernur Aceh Muzakkir Manaf, Walikota Banda Aceh Hj Illiza Sa’aduddin Djamal, pimpinan dayah, kepala dinas, dan pejabat-pejabat di Aceh lainnya. (Muhadzier/Alhafiz K | sumber: situs NU Online, Selasa 21 April 2015