Cintaku Dalam Segelas Kopi
Tak ada yang lebih nikmat kala
senja turun sore hari. Engkau duduk manis semanis hitam wajahmu. Jilbabmu
diterpa angin sepoi sepoi. Setelah gelas kopi pancung kuat dalam genggamku tertumpah. Lalu tiba tiba. Senja berhenti, laut
tak lagi bergelombang. Angin sunyi. Membeku.
Boat boat nelayan berhenti
mendadak. Mesinnya mati. Orang orang di pantai
mematung. Senja itu berhenti, lama sekali. Detik jarum jam di tangan kita juga tak berdetak.
Berjam jam waktu tak berjalan. Burung terbang di langit
terhenti diangkasa. Semua makluk dan roda putar alam berhenti. Aktifitas alam
semua terhenti. Berjam jam, berhari hari, berbulan bulan, bertahun tahun. Aku
menatap wajahmu sambil sodorkan segelas kopi, tak ragu ku ulang kata kata tadi:
"aku mencintaimu, dekNong. Segenap alam berhenti, sebagai hormat restui
atas cintaku padamu" Engkau meminum kopi. Alampun berjalan,
setelah sekian tahun lamanya berhenti.
Alue Naga, 2
Februari 2013
Puisi dan Kopi
Duduk
diwarung kopi sekarang terasa sepi.
Orang
orang yang asyik main blekberi.
Buka laptop, duduk manis, pesan kopi.
dan
main internet pakai waifi.
Dulu
orang orang asyik ngobrol bebas disini,
sekarang
telah dirampas oleh teknologi
Aku
sendiri duduk disini, tanpa blekberi dan wifi
Seorang
pelayan datang mendekat
"Saya
pesan kopi pancung satu, jangan lupa tambahkan sebaris
puisi"
Pelayan
itu tersenyum. Sekejab dia bawa segelas kopi. Selepas meminum. Aku kemudian berdiri, dengan suara
lantang berteriak, membaca puisi sambil menyeruput kopi.
Warkop Romen,
25-01-2013
Hujan Kopi
Sore pulang
dari sawah
Aku melihat
ibu sedang mencuci celana dalamnya dengan
seember kopi
Ayah memasak
nasi, adik main main dengan air kopi
Sudah seminggu
kampung kami banjir kopi.
Hujan
dikampung kami tak lagi bening
Kampung kami
hujan kopi
Kopi kopi yang
ditumpahkan dari langit
"Penguasa
alam marah, gelasnya pecah. Hingga kopinya tumpah ke bumi" ibu berkata
sambil tersenyum pada Ayah
Aku mengintip
dari jendela
Kampung kami
hujan kopi
Kopi yang
turun dari langit
Warkop Romen,
25-01-2013
Rasa Yang Hilang
Ada gemuruh dalam jiwa kami
Lidah lidah tak kuasa tahan
nafsu untuk tak mencoba.
Haus darah dan tubuh kami akan
rasa
Jiwa jiwa berontak terasa
sampai ke otak
Tak ada yang bisa hilangkan
rasa nikmat di lidah lidah kami
Lidah lidah para penjilat
sekalipun
Lidah para pencuri juga selalu
cicipi rasa kopi ini
Sekarang, rasa kopi itu telah
hilang
Hanyut bersama suara senapan
waktu ditekan pelatuk
Hanyut bersama ribuan mayat
korban perang
Hanyut bersama dentuman bom bom
tak kenal tuan
Hanyut bersama amuk air laut
Hanyut, dibawa dalam laut
Kembalikan rasa kopi selera
kami
Jangan curi rasa kopi di lidah
kami
Jangan ambil rasa sanger di lidah
kami
Karena kami pemilik segala rasa
kopi
Kamar Kost, 22
Januari 2012
Biodata: Lahir Bireuen, 28 Juni 1982. Calon Penyair yang tertunda. Murid Sekolah Menulis Dokarim 2008 - Komunitas Tikar Pandan,
Banda Aceh. Puisi puisinya
dimuat dalam antologi Tsunami Kopi penerbit DIWANA (2010).
No comments:
Post a Comment