Saya belum melihat ada reaksi publik cukup luarbiasa begini bagi seorang jurnalis di Indonesia. Najwa Shihab seorang jurnalis senior di MetroTV. Dia dielu-elukan seperti artis, tepatnya dia jurnalis yang sudah jadi artis.
Saya mendapat nomor Tiket 636. Dapat jatah duduk di dalam, ditengah ruang AAC Dayan Dawood, Universitas Syiah Kuala. Tetapi karena terlambat datang, kursi jatah duduk seperti tertera di tiket saya telah penuh. Akhirnya dengan bekal terobos sana sini, dapat tempat duduk 'vvip', duduk di depan deretan kursi pejabat/tamu undangan. Saya duduk lesehan di lantai. Di belakang saya lesehan ada Bunda Illiza, Walikota Banda Aceh. Saya tidak peduli, yang penting saya bisa menonton acara MataNajwa dengan dekat.
Melihat dari dekat sosok pembaca acara itu, Najwa Shihab. Saya telah lama kenal Najwa Shihab, dari berbagai penelusuran di internet. Tapi sayang, dia belum mengenal saya. Cerita soal berburu tiket MataNajwa, sudah saya tuliskan Aku Berburu E-Tiket MataNajwa
Dari ribuan penonton acara
Bayi itu lahir, tapi bisa bertahan cuma 4 jam, lalu meninggal. Air matanya mengalir terharu waktu menceritakan itu. Dia benar benar paham arti kehilangan. Dia menikah waktu umur 21 tahun, masih kuliah. Dia memiliki seorang putra, usianya sekarang SMP.
Momen Najwa menangis bukan kali itu saja, sewaktu masa tanggap darurat tsunami Aceh. Waktu itu live report siaran berita. Najwa sebagai reporter melaporkan, bagaimana kondisi Aceh. "emosinya' sebagai manusia terbawa waktu melaporkan bagaimana kesediaan orang orang yang sedang kehilangan keluarganya. Najwa juga menangis karena ada pengungsi yang mencari keluarganya ke tim liputan MetroTV, karena salah satu anggota keluarga ibu itu terekam kamera Metro, bahwa anaknya selamat.
Menurut info, karena kondisi Najwa sebagai jurnalis yang sudah larut dalam kondisi sebagai 'korban', dia ditarik ke Jakarta. Entah benar cerita itu. Jiwa manusia mana tidak tersentuh hatinya melihat kondisi Aceh pada dua minggu pertama tsunami?
Saya berebut salaman dari ratusan pengunjung yang ingin bertemu dan foto dengannya. Dia kayak artis, walaupun dalam sebuah kesempatan video yang saya nonton, ternyata Najwa bahkan tidak kenal seorang artis tenar Syahrini.
Ada hal yang tidak bisa saya lupakan pada hari ini. Saat reaksi Kak Nana berteriak waktu saya salaman, saya menyebut "Kak Naaana..Ini saya azirmaop yang sering mensyen kakak" lalu dia juga ikut berteriak: "Haiiiiiiiiiiiiii" entah pula dia kenal atau tidak. Tapi saya lebih beruntung, seorang teman saya Jadidul Aidi mengabadikan momen itu. Trims Adit!
Acara MataNajwa berlangsung di stage Unsyiah pada siang bakda Jumat, 19 Desember 2014. Dalam tema: Dari Aceh- Pesan Untuk Negeri. Hadir narasumber keren dan inspirasi, Susi Pudjiastuti yang saat ini sebagai MEnteri Perikanan dan Kelautan, Dahlan Iskan Mantan Men-BUMN, Faisal Basri (Ketua Tim Reformasi Tatakelola Migas) dan Teuku Adifitrian akrab dienal Tompi, seorang putra kelahiran Lhokseumawe, kini seorang dokter spesialis bedah plastik dan penyanyi kelas atas di Indonesia. Dia juga lulusan SMA Modal Bangsa-Aceh Besar.
Saya begitu kagum pada semangat dan inspirasi dari Tompi saat dia diterima UMPTN dan lulus tes di kedokteran Universitas Indonesia. Keluarganya melarang sekolah kedokteran, hingga kemudian ibu Tompi sedih. Tompi menagis tersedak-sedak waktu menceritakan ini. Saya juga ikut menangis terharu melihat adegan itu. Sampe ibunya kemudian bilang ke Tompi: apapun kejadianya, ku berangkat kuliah! Ini tidak beda jauh dengan kondisi saya sewaktu lulus S2 di Pascasarjana Unsyiah.
Soal Susi yang juga ada kejadian Susi yang mengendong ibunya sewaktu mengajak ibunya terbang dengan pesawat Susi Air. Najwa juga menunjukkan sebuah foto dengna komen dari Susi begini: "Bagi saya ibu adalah segala-galanya, Jalan rezek dibuka dengan bakti kita pada orangtua" dan Susi mengiyakan statemen itu. Hormatlah pada ibu-ibu yang luarbiasa untuk anak-anaknya. Apa yang disampaikan Susi soal ibunya juga mesti jadi catatan penting bagi saya untuk lebih berbakti kepada orang tua.
Soal Susi yang mengkritik anak muda Aceh harusnya duduk diwarung kopi tidak terlalu lama. cuku satu jam saja, selebihnya bisa digunakan untuk bekerja, mungkin Susi tidak tau, bahwa kondisi orang di warung kopi di Aceh itu karena berbagai hal dan kepentingan bisnis dan sebagainya. Banyak teman teman saya yang bekerja di warung kopi, bahkan ada para design yang duduk dari pagi di warung kopi hingga malam hari dan menghasilan uang sebulan mencapa 10juta lebih.
Terimakasih pantia dari Unsyiah dan MetroTV atas kerja kerja luarbiasa atas acara itu. Butuh tenaga dan energi yang tidak sedikit untuk penghelatan itu. Luarbiasa! Bagi yang ingin nonton MataNajwa secara lengkap, kalian bisa langsung cari di situs youtube. Sayang sekali saya tidak dapat kesempatan diberikan untuk bertanya, sebab sangat ramai sekali yang tunjuk tangan[]
No comments:
Post a Comment