KITABMAOP

Untuk Mengingat Dan Melawan Kesepian

Post Top Ad

#hastek

ESSAI (70) BERITA MEDIA (47) CATATAN HARIAN (47) GoBlog (12) PUISI (11) CERPEN (8)

08 June 2014

Aceh, Masih Gelap

Akhir akhir ini Banda Aceh panas bukan kepalang. Jika kita melintas di jalan-jalan protokol Banda Aceh akan sangat terasa sekali panasnya. Hawa panas dari asap kendaraan bermotor yang saban hari bertambah di Banda Aceh, sedangkan pohon pohon di pinggir jalan tak membuat para pengguna jalan adem ayem ketika melintas di jalan raya. Hujan juga tidak turun dalam beberapa hari ini. Kemarin pernah sekali mendung, tapi tak hujan. Jika keseringan hujan, maka kita juga mengeluh karena tak bisa melakukan aktifitas seperti biasa. Jika panas, juga menjadi alasan kita mengeluh pada alam yang semakin tak berteman. Lalu, bagaimana Tuhan harus memberikan kepada manusia yang semakin hari semakin serakah saja di dunia ini?

Amarah saya memuncak ketika berkali-kali waktu sedang melakukan sebuah pekerjaan yang berkaitan dengan penggunaan arus listrik. Apalagi jika malam hari, kita hanya bisa duduk terpaku menatap sebatang lilin kecil sambil sesekali menyumpah serapah kepada PLN (apa ini berdosa?). Ketika Listrik padam—banyak orang menyebut listrik mati—maka setiap mulut orang akan selau menyumpah serapah pihak PLN. Mulai dari tukang bengkel sampai orang warung kupi di Aceh karena bisa saja ada pelanggan yang lari lalu tak bayar saat gelap. Apalagi yang sedang menonton bola. Akan sangat benci pada PLN ketika (sengaja?) dipadamkan. Yang sedang nonton bola akan menyumpah separah ia memaki dengan kata-kata kotor ala bahasa Aceh. Kasian juga pihak PLN jika seperti ini, dan yang paling bertanggung jawab di balik ini tentu saja kepala PLN wilayah Aceh. Inilah resiko jadi pejabat khususnya di Daerah Istimewa yang sedang menerapkan Syariat Islam ini.

Rakyat heran, kenapa listrik di pendopo dan kantor Gubernur tidak pernah padam. Sedangkan hampir tiap hari listrik selalu padam di seluruh pelosok kampung hingga kota di Aceh, kecuali di kantor-kantor pemerintahan menggunakan genset khusus untuk memudahkan pelayanan kepada masyarakat arus bawah, begitu kata mereka para pejabat yang setiap hari semakin ramai saja perutnya semakin buncit. Apa karena terlalu banyak makan Pizza dan ada kaitannya dengan uang haram yang mereka konsumsi bersama anak istri di rumah. Atau mereka ada memakan uang jatah si fakir wal miskin sebagai imbalan uang lelah atau uang terimakasih karena mereka telah membantu. Entahlah.

PLN adalah sebuah perusahan listrik negara yang berada di bawah Badan Usaha Milik Negara hingga saat ini masih menjadi milik Pemerintah. Sedang beberapa kali pernah diusulkan untuk dikelola secara profesional oleh pihak swasta. Karena kinerjanya yang tidak pernah becus menangani listrik.

Pada Juli 2009 lalu, Gubernur Aceh Irwandi Yusuf pernah menyebutkan Aceh bakal dibangun ekploirasi Pembangkit Listrik Tenaga Geothermal (panas bumi) PLTG di kawasan Seulawah Agam, Aceh Besar. Jika ini bisa dilaksanakan maka Aceh akan mendapatkan pasokan tambahan daya listrik yang mencapai 80 Mega Watt. Ini berarti sudah melebihi dari kekurangan daya listrik di Aceh saat ini yaitu 30 Mega Watt. Dan para investor luar negeri tidak lagi malas melakukan investasinya ke Aceh karena terkendala dengan masalah listrik.

Namun ini dia masalah yang timbul. Pemerintah Aceh masih berbicara “sedang akan”, dimana rakyat masih selalu dikasih angin syurga. Hanya masih sebatas survey saja para tenaga-tenaga ahli, seharusnya juga tidak perlu mengatakan kepada media jika belum berbuat. Tapi ya, inilah sikap kebanyakan pejabat di Aceh. Belum apa-apa sudah keluar! Keluarkan statemen di media, maksudnya.

Namun kekurangan kebutuhan pasokan listrik ke Aceh diperkirakan baru bisa teratasi pada tahun 2014 setelah selesainya beberapa proyek pembangkit listrik yang—lagi-lagi sedang akan—dibangun di Aceh, seperti Pembangkit Listrik Tenaga Geothermal (PLTG) di kawasan Seulawah Agam, Aceh Besar, Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Nagan Raya yang diperkirakan selesai pada tahun 2011, Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Krueng Peusangan Bireuen yang sudah lama tak pernah selesai-selesai di kerjakan.
Kapan Berakhir?

Apa sikap anda ketika sedang melakukan sesuatu pekerjaan semisal menggunakan perangkat komputer dan tiba-tiba listrik padam? Tentu caki makian kepada Pihak PT. PLN (persero) yang telah memutuskan arus listrik ke tempat anda. Ketika listrik padam, semua orang mengeluh mempertanyakan keputusan PLN memadamkan listrik. Jika sudah begini maka di jejaring sosial sekalipun semacam Facebook akan banyak yang memprotes PLN dengan berbagai komentar yang menyumpah serapah.

Sungguh, entah berapa banyak orang yang mengumpatkan kata-kata kotor pada PLN. Bicara PLN, ada banyak plesetan yang telah dilimpahkan kepadanya. Mulai dari Perusahaan Lilin Negara, Pemadam Listrik Negara, Perusahaan Lama Nyalanya, Pemutusan Listrik Negara, hingga usulan kepada warga ketika membayar listrik supaya pihak PLN membagikan selusin lilin kepada pelanggannya. Kasian deh lo PLN!

Listrik di Aceh hidup-hidup mati, mati-mati hidup. Entah apa yang kurang rakyat berikan fasilitas kepada pengurus di PLN. Saat listrik padam kita telepon pihak PLN, hanya mendengar keluhan kita dan menyebut; makanya Pak bayar listrik jangan terlambat(ini juga salah konsumen bagi yang terlambat bayar listrik). Lalu mereka melanjutkan, jangan tanyakan apa yang diberi PLN bagimu, namun tanyakan apa kamu sudah bayar listrik bagi PLN. Ini adalah idiom yang senantiasa dikedepankan PLN, manakala ada warga yang protes. Tapi tak juga selamnya begitu. Dan berbagai alasan lainya kenapa listrik padam. Alasan PLN yang paling klasik; gangguan arus, sedang diisi minyak mesin listrik, tower tumbang serta beragam alasan lainnya. Ujung ujungnya PLN menyebut telah rugi. Padahal, tahun lalu untung triliuran tak pernah mereka katakan.

Kita sebagai pelanggan PLN juga untuk tidak saja menyumpah serapah mereka selamanya, kalau seandainya kewajiban kita sebagai pemakai jasa PLN belum kita penuhi. Jangan juga salahkan pihak PLN jika sekali waktu mereka memutuskan arus listrik ke rumah karena kita sudah menunggak iuran listrik bertahun tahun. Jika bagi kita sudah melakukan kewajiban itu, maka tak baik juga mencaci maki PLN. Dosa yang ada juga belum terampuni. Benar saja kata para orang-orang tua; lebih enak hidup di zaman Belanda di bandingkan hidup di zaman sekarang. Homhai han ek tapike, boh itek hana tangke. | Halaman OPINI  Harian Aceh, 17 Oktober 2009


1 comment:

  1. Kita-kita sebagai pelanggan PLN harus sering-sering cek jumlah rekening di rumah, kdang pembayaran tidak sesuai. Kalau pamakaian listrik di rumah normal dan pembayaran tdk normal, complain saja ke PLN di Merduati. Ini pengalaman pribadi.
    Hal ini sering terjadi kalau sering-sering pindah rumah sewa...

    ReplyDelete