Saya teringat sebuah film genre komedi romantis yang rilis Februari lalu di bioskop. Iya, film “Kapan Kawin” bercerita tentang seorang wanita karir 30 tahun yang sukses sebagai manajer sebuah hotel bintang lima. Wanita itu sudah berumur kepala tiga. Dia belum nikah, menjadi momok bagi kedua orang tuanya. Gadis bernama Dinda (diperankan oleh Adinia Wirasti) jadi galau gundah merana dengan desakan pertanyaan kedua orang tuanya; kapan kawin?
Berkat bantuan seorang teman, Dinda akhirnya menyusun sebuah rencana menyewa seorang aktor teater bernama Satrio (diperankan oleh Reza Rahadian) untuk mengelabui kedua orang tuanya. Satrio disuruh berpura pura menjadi pacar Dinda yang akan dikenalkan kepada orang tuanya, saat acara perayaan ulang tahun pernikahan Ayah-Ibunya tersebut.
Rencana itu tak berjalan mulus. Akting Satrio yang bagus membuat kagum kedua orang tua Dinda, Satrio dipandang sebagai sosok pria yang pantas dampingi anak gadisnya. Lalu desakan orang tua Dinda kepada Satrio untuk segera menikahi anak gadisnya. Tentu saja Satrio, dalam hal ini digambarkan sebagai karakter idealis berperan menolak tawaran itu. Kekacauan berakhir karena Satrio bukan pacar Dinda, ia dibayar berpura pura jadi pacarnya. Disini petualangan mengeles seribu lapis langit bikin cerita menarik.
Film Kapan Kawin ingatkan saya pada momen lebaran dan ajang sejenis saat berkumpul bersama keluarga. Lebaran adalah momen bagi ummat muslim untuk saling bersilaturrahmi sesama saudara dan keluarga. Tak peduli iya kaya-miskin atau tua muda, perawan-perjaka, tak ada batasan umur juga. Lebaran sebagai ajang untuk saling berjabat tangan-tatap muka saling meminta maaf atas sikap silap salah dan dosa. Dosa disengaja atau tidak sesama ummat manusia. Tak terkecuali dosa kepada mantan pacar yang pernah menyakiti hati dan perasaannya. Selayaknya momen lebaran dijadikan ajang untuk saling bermaaf-maafan; minal aidil wal faizin.
Dalam setahun, ada dua kali hari raya dikalangan ummat islam; Hari Raya Idul Fitri dan Hari Raya Idul Adha. Nah, dalam edisi lebaran itulah, seluruh keluarga besar berkumpul saling silaturahmi. Yang jauh mendekat dan merapat ke rumah saudaranya. Para lajang biasanya masih tetap di rumah sendiri atau mengunjungi rumah mantan yang pernah menyakiti hatinya. Minta maaf secara baik baik, mana tau dapat kode lagi untuk diajak balikan. Itulah salah satu berkah hari raya.
Ajang berkumpul keluarga atau yang ke rumah saudara, bagi jomblo yang di rahmati Allah nan soleh/solehah. Jomblo yang mendekati waktu kadaluarsa tak laku nan lanjut usia. Tentu saja akan tak senang dengan suasana ketika semua keluarga telah berkumpul. Atau saat lebaran biasanya ada ajang reuni halal bi halal teman sekolah. Ajang inilah, jomblo soleh-solehah sudah kadaluarsa lebih memilih tak hadir pada acara reuni teman sekolah. Ia akan minder dan malas hadir untuk menghindar dari pertanyaan klise teman teman sebangku SMA dulunya yang sudah menggendong anak dua atau tiga orang. Tentu saja hal yang menakutkan bagi dia ketika muncul pertanyaan horor dari si teman yang sudah berkeluarga.
Kapan kawin? Suasana langsung hening. Mulut langsung terkunci rapat rapat dengan mata terbuka lebar melongo kepada yang bertanya. Memasang wajah seakan tak tak jelas pada pertanyaan si teman yang sudah beranak pinak itu, seraya balik bertanya; maaf tadi tanya apa? Saat itu kuping langsung pura pura tuli tak mendengar jelas pertanyaan si teman.
Langsung pura pura gila atau meloncat ke kolam renang dan menyelam lebih dalam. Bagi jomblo, pertanyaan kapan kawin adalah hal yang sangat menakutkan dan langsung pura pura lupa diri saat ditanya oleh teman. Saya biasanya lebih memilih menjawab asal asalan, atau menjawab dengan kalimat pesimis akan kawin pada bulan depan. Selesai? tentu tidak. Mereka masih saja kepo bertanya akan kawin dengansiapa. Sama kambing, emang masalah!
Ketika muncul lagi pertanyaan hari dan tanggal apa, saya langsung menjawab; kalau ngak Sabtu ya hari Minggu. Selesai? Tidak. Saat itu, jadilah pura pura gila tak mengenal diri sendiri dan mengalihkan ke isu lain semisal; “eh anak kamu ganteng ya, ngak mirip kamu. Agak mirip wajah mantan pacar istrinya dulu, jangan-jangan itu saham dia.”
Itu tips dan trik bagi kaum jomblo untuk melakukan serangan balik. Lihat bagaimana wajah temanmu itu, dia akan masam muka dan cemburut minta ditempel ke dinding. Kalau kalian tak percaya, boleh aplikasikan saran saya ini.
Selanjutnya tips serangan balik bagi kawan yang sudah menikah, saat dia bertanya pada kamu kapan kawin? Jika dia sudah menikah dan belum punya anak, maka inilah serangan balik itu. “eh kok belum punya anak? Mandul ya? Atau jangan jangan istrimu masih perawan. Kamu impoten?”
Lalu perhatikan apa yang terjadi, si kawan tersinggung mungkin seperti kalian tersinggung saat lagi duduk ngopi sendirian di warkop, datang mantan pacar bersama pria idaman barunya, sang mantan mendekat ke arahnya dan menyapa. Ini sungguh hal tak asyik dan sangat meresahkan hati dan perasaan.
Lagi lagi kita sebagai jomblo meraih kemenangan di bulan syawal ini. luarbiasa bukan? Kalau perlu pakai serangan yang lebih rasis dan ekstrem. “kalau belum mampu hamili dia, biar istrimu tidur sama aku semalam. Kita lihat apa yang terjadi sebulan ke depan”
Maka kamu akan menang lagi, mblo.
Jadi momentum lebaran tak perlu resah wahai para jomblo yang soleh-solehah dirahmati Allah. Tak perlu takut dengan pernyataan “kapan kawin” sebab cara terbaik menjawab pertanyaan itu adalah dengan siap sedia mencari celah untuk menyerang bagi yang bertanya. Lalu bagaimana kalau pertanyaan itu terjadi saat kumpul antar sesama keluarga besar. Mungkin kamu bisa gunakan cara seperti Dinda lakukan di film Kawan Kawin, dengan menyewa aktor pemain film atau pemain teater. Saran saja sih []
paling kesal kalau udah ditanya yah
ReplyDeleteharga ekskavator