KITABMAOP

Untuk Mengingat Dan Melawan Kesepian

Post Top Ad

#hastek

ESSAI (70) BERITA MEDIA (47) CATATAN HARIAN (47) GoBlog (12) PUISI (11) CERPEN (8)

02 September 2015

33 Tahun Sudah, dan Hari Setelahnya

at studio Seungkak Malam Seulanyan, Bivak Emperom Markas Kanotbu | Ist
Sejak kecil saya tidak pernah merayakan ulang tahun. Perayaan ulang tahun itu tidak akrab dan dekat dengan suasana hidup saya pada masa itu. Sebagai anak anak  hidup di kampung, ulang tahun tak jadi tradisi kesempatan untuk meniup lilin dan memakan kue tart yang dirancang  khusus ulang tahun, dengan bentuk angka di atasnya. Itu cerita kami kecil dulu. Tetapi sekarang, beberapa keluarga berpendidikan telah melakukan hal itu bagi anak anak mereka. Saya tidak tau, dasar apa yang memperbaharui pola hidup bagi keluarga anak anak ini. Mungkin biar dicap sebagai manusia yang modern ikuti perkembangan zaman.


Saya baru tau ada perayaan ulang tahun dan pernah menghadiri acara ulang tahun teman saat masih STM, waktu itu dirayakan di ruang kelas dengan bentuk acara ulang tahun pada umumnya: tiup lilin yang di atas kue tart itu, lalu sang terulang tahun menyuapkan kue ke teman temannya. Saya melihat itu sebagai suatu yang beda dan jadi pengalaman pertama. Ada juga tradisi merayakanya dengan melempar telur ke orang yang berulang tahun. Saya tak tau makna simbolis dari tragedi lempar telur ke kepala itu. Kejadian itu biasanya terjadi saat pulang sekolah.

Sewaktu kuliah, saya juga tak sama sekali ingat akan hari lahir saya. Bahkan saat isi biodata adminitrasi kampus, saya kadang perlu mengeluarkan KTP untuk melihat tanggal tahir. Ini sedikit merepotkan tentunya. Saat hari tiba ulang tahun, tanggal hari lahir saya terlewatkan begitu saja, tak ada perayaan apa apa. Saya juga tak senang dengan acara acara bakar lilin dan makan kue tart. Mungkin karena bukan kebiasaan sejak kecil. Acara itu sangat feminim dan berlebihan sekali dalam pandangan saya pribadi. Anehnya lagi saat ulang tahun, harus mentraktir teman-teman, padahal sebaliknya teman teman yang berkewajiban mentraktir kita.

Saya tidak sampai berpikir, sebab alasan apa bagi banyak orang yang merayakan ulang tahun temannya dengan bikin kejutan segala. Ada juga yang membikin kejutan untuk sang pacar dengan segala bentuk cara dan biaya demi merayakan ulang tahun orang terkasihnya. Tetapi saya menghargai cara itu sebagai bagian dalam menjaga hubungan silaturahim antar sesama lebih akrab. Hari lahir mestinya jadi bahan evaluasi diri untuk mengingat hal yang akrab dengan kita; kematian.

Tiap kali perjalanan umur, hari kita terus saja dibayangi dengan kematian yang datang kapan saja. Malaikat Izrail, pencabut nyawa tak akan pernah silap dan lupa pada catatan takdir kematian ummat manusia. Maka bagi saya, hari lahir adalah malam di mana bagi kita untuk mengenang dan mengingat akan kematian. Berapa sisa waktu lagi kita akan hidup dan bertahan di bumi sebelum ke alam barzah.

Hari ini, umur saya 33 tahun sejak lahir pada, 28 Juni 1982.  Hidup dengan bergelimang dosa dan kesalahan yang pernah sengaja dan tak sengaja pada diri saya. Kadang kala saya lebih sering membenci diri sendiri atas segala hal keputusan yang tak berbaik kepada hati dan pikiran. Saya lahir pada senin pagi, demikian kata Ibu saya. Sewaktu ibu mengandung, beliau bercerita saya lebih banyak bergerak dan aktif. Beberapa hati lalu, saya menemukan sebuah gambar comic meme bergambar bayi bertuliskan; "bayi lahir Senin, emosional dan sensitif. cepat belajar, mudah beradaptasi pada perubahan." saya berpikir dan mengevaluasi diri atas statemen meme bayi itu, ada benarnya juga karakter demikian ada pada saya.

Sebab kita pernah mengucapkan hari Ulang Tahun pada kawan yang lain, maka tak ada yang salahnya dengan ucapan itu kita alamatkan pada diri sendiri sekarang ini; Selamat Hari Lahir, Muhadzdzier. Terus berjuang sebelum ajal menjemput. Banyak Ibadah dan dekatlah pada Tuhan. Bagaimana hari esok dan masa depan, cukup diri kita yang mengerti dan berjuang untuk itu, Op! []

No comments:

Post a Comment