foto koleksi pribadi |
“Isabella adalah kisah cinta dua dunia
mengapa kita berjumpa namun akhirnya terpisah
siang jadi hilang ditelan kegelapan malam
alam yang terpisah melenyapkan sebuah kisah”
Malam itu lagu Isabella tidak jadi kami putarkan sebagai tanda perpisahan, sebab kami tidak ingin menambah rasa sedih pada diri Isabel. Dia tau judul lagu itu sama dengan namanya setelah kami kasih tau saat pertama kami kenal.
Namanya Isabella Del Nero, dia Mahasiswi Magister Antropologi di Universitas Degli, Milano-Italia. Mendengar namanya saya langsung teringat kepada sosok pemain bola yang pernah lama merumput di klub Juventus-Italia, Alesandro Del Piero yang juga pemain tim nasional Italia. Dugaan saya tenyata salah, Isabel -panggilan akrabnya- pernah menyebutkan dalam sebuah lelucon ketika malam perpisahan itu, bahwa dia adalah adiknya Mario Balotelli –pemain timnas berkulit hitam Italia. Kami semua tertawa, sebab Isabella gadis manis berwajah putih berseri.
Malam itu disebuah kantor LSM, kami membuat semacam perpisahan kecil-kecilan, kami bercengkrama sambil makan hidangan khas Italia, saya sudah lupa apa namanya, tapi enak sekali. Isabel sendiri yang memasak, begitu katanya saat saya kasih tua kalau makanan itu enak sekali.
Catatan ini ditulis sebagai sebuah ingatan akan perjalanan kehidupan saya dalam mengenal orang asing, awalnya bertemu Isabel yang belum jago bahasa Indonesia, saya dengan paksa memberanikan diri bicara bahasa Inggris yang seadanya.
Bahasa Inggris saya yang sulit dipahami oleh orang asing, tetapi beruntung ada teman teman yang mencoba jelaskan ke Isabel sewaktu kami minum kopi. Ya bahasa Ingris saya jadinya kayak talk fruit-fruit shark [membicarakan buah-buah hiu]
Selama 4 bulan di Aceh, malam perpisahan itu, Isabel sudah sangat lancar berbahasa Indonesia. Ini jadi penting bagi saya untuk lebih lancar berkomunikasi dengannya. Saya beruntung bisa bertanya banyak hal tentang pendapatnya soal Aceh, soal kehidupan masyarakat di Aceh yang dia lihat, dan dia rasakan selama hidup di daerah Sigli, tempat dimana dia melakukan penelitian.
“Saya suka kehidupan orang orang kampung, orang orang tidak sibuk. Kehidupan sesama sangat terasa disini. Di Kampung orang orang mau menerima saya, mengajari saya budaya Aceh, melihat tradisional Aceh” kata Isabel menceritakan kepada saya dengan bahasa Indonesia.
“Saya ke Aceh awalnya karena saran dari Profesor saya yang sudah lebih dulu ke Aceh, saya tidak tau Indonesia, saya taunya Aceh. Bahkan Ibu saya tidak tau sama sekali tentang Aceh”
Isabel menyebutkan, dia sedih meninggalkan Aceh. Waktu emapt bulan di Aceh baginya sangat singkat, sebutnya dalam obrolan dengan saya. Ada yang sangat menarik bagi saya, ketika Isabel memberitahukan tentang nyamannya berpakaian lengan panjang selama di Aceh.
“Awalnya saya nyaman memamaki baju lengan pendek –baju you can see, pen- tapi sekarang saya tidak lagi nyaman dengan itu karena melihat tentang Aceh. Disini orang orang sangat sopan sekali dalam pakai baju” kata Isabel dengan senyum.
Lama kadang kami terdiam tak bicara, Isabel sekali kali dengan wajah bersedih, dari wajahnya terlihat dia berat sekali meninggalkan Aceh. Saya dengan sok perhatian -sihiiiy- mengatakan: “are you ok, Isabel?” dia menjawab oke, dan dia katakan kadang dirinya seperti anak anak yang suka menangis ketika berpisah dengan teman teman di Aceh yang telah dikenalnya. Orang orang disini, sangat baik padanya.
“Banyak yang berkesan, sangat banyak sekali yang berkesan di sini. Orang Aceh sangat welcome, mereka sangat perhatian dengan saya. Saya sudah pakai baju adat Aceh waktu di Sigli, saya sangat nyaman dan senang sekali” Ujarnya menjawab ketika kami bertanya tentang kesanya terhadap Aceh.
"Tinggalkan Aceh, Sakitnya Tuh Disini" Katanya lagi, kemudian kami tertawa.
Isabel terbang ke Italia via Bandara International Iskandar Muda –Kuala Lumpur- Italia, dia berangkat pada pagi Jumat 14 November 2014. Sewaktu pamit dengan kami, dia lebih banyak berkali kali mengucapkan terimakasih atas segala bantuan kepadanya selama di Aceh. Saya dengan bahasa Ingris yang seadanya mengatakan: “When-when go to back Aceh again, Oke!?” Isabel kemudian tertawa []
Isabel terbang ke Italia via Bandara International Iskandar Muda –Kuala Lumpur- Italia, dia berangkat pada pagi Jumat 14 November 2014. Sewaktu pamit dengan kami, dia lebih banyak berkali kali mengucapkan terimakasih atas segala bantuan kepadanya selama di Aceh. Saya dengan bahasa Ingris yang seadanya mengatakan: “When-when go to back Aceh again, Oke!?” Isabel kemudian tertawa []
No comments:
Post a Comment