Saya warga negara Indonesia, lahir dan besar di ujung pulau Sumatera, tepatnya di Aceh sejak 32 tahun yang lalu. Saya tidak setuju dengan bakal calon presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang dengan resmi telah memberikan mandat kepada Jokowi (Saat ini Gubernur Jakarta) untuk dicalonkan sebagai Presiden dari PDIP. Kenapa?
Anda boleh setuju atau menolak dengan sikap saya ini, sebagai warna negara Indonesia, tentu sah-sah saja memberikan sikap terhadap calon presiden yang akan datang. Ini kan negara demokrasi.
PDIP yang mencalonkan Joko Widodo tidak jauh jauh hari mempersiapkan calon presiden dari partai mereka. Jokowi yang sejak tahun 2012 lalu menang sebagai Gubernu DKI Jakarta pernah membuat janji untuk tidak meninggalkan masa jabatanya sebagai selama menjadi Gubernur DKI Jakarta.
Lalu apa yang terjadi sekarang ini? bagi saya, Jokowi adalah seorang pemimpin dan kader partai yang pengkhianat, yang meninggalkan amanah rakyat di DKI Jakarta. Dalam politik tentu apapun ada alasan Jokowi di usung untuk selamatkan kondisi Indonesia dan kepentingan perolehan suara PDIP jelang pemilu legislatif 9 April nanti.
Alasan saya menolak Jokowi sebagai Capres sederhana saja: kalau dia sudah berniat maju sebagai presiden, harusnya dulu tidak usah maju sebagai calon Gubernur Jakarta. Andai saja dia telah memimpin Jakarta 3 tahun, tentu tidak terlalu menjadi persoalan ketika dia meninggalkan jabatannya selama ini. artinya dia sudah meletakkan pondasi visi dan misinya sebagai Gubernur bagi Jakarta. Sebagaimana dulu ketika di jadi Walikota Solo. Jokowi telah memimpin lebih dari 50 persen sisa masa periode.
Saya melihat PDIP dalam hal ini tidak serius dalam menyiapkan calon presiden yang akan mereka usung nantinya. Maka inilah yang saya sebut Jokowi sebagai pemimpin pengkhianatan yang tidak amanah. dia telah mengkhianati warga DKI yang menaruh harapan besar untuk membangun Jakarta.
Jika terpilih sebagai presiden nantinya, Jokowi tak lebih sebagai presiden boneka ketua umum PDIP. Dia tak lebih akan jadi robot yang siap menjalankan bisikan dari Megawati sebagai ketua Umum PDIP. Jokowi pernah berjanji jika terpilih Jokowi janji tuntaskan masa jabatan di DKI Jakarta. Lalu apa yang terjadi dengan sikapnya sekarang ini. dia telah menelan ludah sendiri.
Yang kedua adalah, sebagai Aceh tentu saya tidak bisa melupakan -dan ingatan banyak orang Aceh pada tanggal 19 Mei 2003. Tanggal itu Provinsi Aceh ditetapkan sebagai Darurat Militer (DM). Waktu itu Megawati Sukarnoputri sebagai Presiden RI, Menkopolhukan Susilo Bambang Yudhoyono. Tepatnya pada malam tanggal itu, semua pasukan aparat keamanan dan kendali Gubernur Aceh -waktu itu Gubernur Abdullah Puteh- di bawah kendali Penguasa Darurat Militer Daerah, Mayjend Endang Suwarya sebagai Panglima Daerah Militer (Pangdam) Iskandar Muda. Aceh dipimpin oleh militer, segala keputusan berada di tangan PDMD, Gubernur di bawah kendali sang Jendral tersebut.
Pada tahun 1999, rakyat di Aceh juga tidak boleh lupa dengan janji dari Megawati ketika dia berpidato di mesjid raya banda Aceh:
"Untuk saudara-saudaraku rakyat Aceh yang sangat saya cintai, jika "Cut Nyak" kelak memimpin negeri ini, tidak akan saya biarkan setetes darah-pun tumpah di Aceh, yang amat besar jasanya untuk republik ini." baca di jumpueng blogspot.com
Bagaimana damai Aceh jika saja PDIP yang jadi penguasa di Indonesia? Saya tidak berani memprediksi macam-macam. Kita lihat saja nantinya. Toh juga Jokowi tidak bisa dipegang ucapannya yang tidak amanah pada warga DKI Jakarta yang telah percaya memilih dia sebagai pemimpin mereka.
Kalau ditanya siapa Presiden yang paling tepat memimpin Indonesia. Saya harus menjawab bahwa sosok Anies Baswedan layak dan pantas jadi Presiden RI ke -7. Anies dengan ide dan gagasan dalam yang cukup memukau yang saya nonton/baca diberbagai media, cukup punya alasan yang kuat jika saya menginginkan Anies Baswedan jadi Presiden. Anies saat ini sedang mengikuti konvensi Partai Demokrat, apakah akan memenangkan konvensi dan apakah sang Rektor Termuda Universitas Paramadina tersebut akan diusung oleh Partai Demokrat? Ini jadi kekhawatiran saya.
Lalu ada banyak capres lain yang muncul dan digadang-gadangkan dimedia. Tetapi dari semua itu, cuma Jokowi dan Prabowo merupakan dua kandidat yang lebih kuat. Jika Anies Baswedan tidak menang konvensi dan tidak ada partai yang mengusung beliau. Maka saya lebih memilih mendukung Jokowi dibandingkan Prabowo yang berasal dari militer!. Dan berharap, Jokowi akan dipasangkan dengan Abraham Samad, atau Mahfud MD atau seperti yang beredar isu dengan Yusuf Kalla, Ryamizad Ryacudu (mantan KASAD era Megawati) atau dengan Hatta Radjasa? tapi Hatta Radjasa bisa jadi akan berkoalisi dengan Demokrat. Secara SBY dan Hatta besanan. Bisa jadi akan ada koalisi cinta. Kita tau, Yusuf Kalla punya peran penting terhadap perdamaian Aceh. Kita lihat nanti, gimana hasil pemilu legislatif 9 April 2014.
Sosok Jokowi memang paling disukai oleh rakyat Indonesia saat ini. dia membangun komunikasi ala wong deso, ceplas ceplos dan tidak bergaya elit sebagaimana umumnya pejabat di Indonesia ini. dia juga dibesarkan oleh media massa dengan hal hal yang unik, sikapnya yang santun dan gaya bicara yang mencoba seolah olah dia adalah seaorang yang benar benar merakyat[Sambil Buang Suntuk disebuah warkop, 24 Maret 2014]