KITABMAOP

Untuk Mengingat Dan Melawan Kesepian

Post Top Ad

#hastek

ESSAI (70) BERITA MEDIA (47) CATATAN HARIAN (47) GoBlog (12) PUISI (11) CERPEN (8)

08 June 2014

Etika Berbahasa di Media Sosial

Berbahasa di media sosial semisal facebook, twitter, chatting yahoo messenger sering dilakukan dengan bahasa yang tidak baku oleh pengguna akun tersebut. Tentu saja tidak salah memang dengan hal itu dilakukan, sebab dunia maya sering tidak jelas siapa dan di mana posisi lawan bicara.

Walaupun banyak juga orang yang sudah berinteraksi dan bertemu di dunia nyata, dan berlanjut komunikasi ke dunia maya (media sosial). Bahasa di media sosial bukanlah bahasa resmi sebagaimana menulis artikel karya ilmiah, makalah, jurnal, skripsi dan thesis. Saya selalu berusaha menulis status facebook, twitter sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).

Kalaupun disingkat tentu dengan memilih singkatan yang membuat pembaca mudah memahami maksudnya. Misal untuk singkatan; dengan = dgn, tidak = tdk, klu = kalau, yg = yang, utk = untuk, sy = saya, dan lain sebagainya. Saya paling sering membaca tulisan orang di media sosial untuk hal yang sama sekali tidak menggunakan bahasa/ kata yang baik dan benar. Ini penting dilakukan karena berbicara soal etika dalam berkomunikasi sesama pengguna facebook dan twitter.

Padahal sejak sekolah dasar sampai ke perguruan tinggi sekalipun, pelajaran Bahasa Indonesia selalu jadi ilmu yang wajib dipelajari dan diulang-ulang. Bagi banyak orang (mungkin) menjadikan bahasa kata berbalas komentar di media sosial sebagai hal yang tak perlu dianggap resmi. Bisa menggunakan bahasa sms yang sering disingkat-singkat.

Kalau sms, saya kira wajar, untuk hemat biaya sms. Facebook/twitter itu sebagai media sosial ummat manusia diera teknologi informasi ini untuk saling bertegur sapa dan berbagi cerita. Media sosial tentu saja bersifat resmi sebagai alat komunikasi antar teman jarak jauh. Maka penting sekali, bahasa yang digunakan bersifat (mendekati) bahasa/kata resmi yang tidak terlalu jauh melenceng dari bahasa EYD.

Bayangkan jika hari ini, koran media cetak menulis berita dengan bahasa yang disingkat-singkat sebagaimana lazimnya bahasa pengguna facebook menulis/ berbalas komentar. Maka pembaca media cetak, butuh waktu yang cukup lama untuk mengeja setiap tata bahasa yang disingkat-singkat tersebut.

Sedangkan pembaca kerap tidak punya waktu banyak untuk membaca koran, apalagi bagi pekerja dengan kesibukan yang padat. Di facebook, saya sering menemukan bahasa-bahasa singkat tidak jelas yang jauh sekali dari EYD. Umumnya mereka padahal orang intelektual, mahasiswa dan lulusan sarjana strata satu. Bahkan ada mahasiswa pascasarjana yang masih menulis/membalas komentar difacebook dengan mengabaikan EYD. Lalu, buruk dan sakitlah mata kita mengeja dan membaca agak lama apa yang tertulis tersebut.

Misalnya untuk kata dia, banyak yang menulis “dy” kata ‘aku’ ditulis ‘aq’ kata ‘kamu’ ditulis ‘qm’ dan lain sebagainya. Ada juga yang menulis ‘qe’ untuk menunjukkan kata pengganti yang artinya KAMU. Kata ‘qe’ ini kebanyakan saya lihat bahasa komunikasi lisan orang-orang di Aceh. Umumnya digunakan dikalangan anak muda gaul. Untuk kata atau bahasa disingkat seperti yang saya jelaskan diatas, jika pengguna facebook menulis dua kalimat saja, tentu bisa dibaca tanpa bikin mata berkunang-kunang mengeja. Bayangkan jika ditulis dengan sangat panjang mencapai setengah halaman kertas folio, ada juga yang ditulis dalam bahasa Aceh yang disingkat-singkat. Aduh, ini akan sangat mengganggu mata kita dalam mengeja setiap kata bahasa yang dimaksud tersebut.

Padahal apa yang mereka tulis itu ide dan pemikiran yang cukup bagus, tapi karena ditulis dalam kata singkatan, pembaca akan mengabaikannya. Pengguna media sosial facebook harus menggunakan bahasa sebagaimana umumnya, jikapun tak sama persis bahasa resmi yang sesuai EYD, setidaknya mendekati ke arah bahasa tersebut. Tidakkah anda belajar, bagaimana jengkelnya seorang dosen yang membaca kertas jawaban soal ujian mahasiswanya ketika ditulis dalam bentuk kata dan kalimat yang disingkat-singkat? Esoknya karena kesal si dosen akan menulis dibawah kertas soal ujian midterm begini: cel4m4t beKeRj4, cemuunGuuuuutD. J4n9aN 94L4U (selamat bekerja, semangat. jangan galau). | Kolom Balai Bahasa Harian Serambi Indonesia, Minggu (8/6/2014)

2 comments:

  1. Mantap, Bang Maop. Etika dalam bermedia sosial memang harus ada. Dan tulisan Bang Maop ini telah menyadarkan kita untuk berlaku-etik dalam berbahasa --meski di dunia maya. Namun, dalam beberapa penulisan di artikel menarik ini, ada kekeliruan, meski tak substansial. Misalnya "dikalangan", seharusnya menjadi "di kalangan", "diatas" menjadi "di atas", "thesis" menjadi "tesis".

    ReplyDelete
    Replies
    1. Awalnya ini sebuah status di fesbuk, lalu saja proses jadi tulisan yang lebih serius. Haha betoi that bang Radzi, penggunaan kata "di' memang banyak sekali saya kurang teliti dalam menempatkannya. ini akan saya perbaiki. bang taufik sudah berkali-kali mengingatkan soal hal ini. siap bang, akan saya perbaik. trims atas masukannya bang.

      Delete